Senin, 27 Agustus 2018

Asy-Syibli Dan Al-Junaid

Abu Bakr ibnu Dulaf ibnu Jahdar (‘asy-Syibli’), dan Abul Qasim al-Junaid, si ‘Merak Kaum Terpelajar’, adalah dua guru Sufi awal. Mereka berdua hidup dan mengajar lebih dari seribu tahun yang lalu. Kisah tentang masa belajar asy-Syibli di bawah al-Junaid, diberikan di sini, diambil dari The Revelation of the Veiled, salah satu dari buku-buku penting dalam bidangnya. al-Junaid sendiri memperoleh spiritualitasnya melalui pengaruh Ibrahim ibnu Adham (‘Ibnu Adhem’ dalam puisi Leigh Hunt), ia sebagaimana Budha, adalah seorang pangeran yang turun tahta mengikuti tarekat (Jalan), dan meninggal pada abad kedelapan.
Asy-Syibli, anggota istana yang angkuh, pergi ke al-Junaid, mencari pengetahuan sejati. Katanya, “Aku dengar bahwa engkau mempunyai karunia pengetahuan. Berikan, atau juallah padaku.”
Al-Junaid berkata, “Aku tidak dapat menjualnya padamu, karena engkau tidak mempunyai harganya. Aku tidak memberikan padamu, karena yang akan kau miliki terlalu murah. Engkau harus membenamkan diri ke dalam air, seperti aku, supaya memperoleh mutiara.”
“Apa yang harus kulakukan?” tanya asy-Syibli.
“Pergilah dan jadilah penjual belerang.”
Setahun berlalu, al-Junaid berkata padanya, “Engkau maju sebagai pedagang. Sekarang menjadi darwis, jangan jadi apa pun selain mengemis.”
Asy-Syibli menghabiskan satu tahun mengemis di jalanan Baghdad, tanpa keberhasilan. Ia kembali ke al-Junaid, dan sang Guru berkata kepadanya:
“Bagi ummat manusia, kau sekarang ini bukan apa-apa. Biarkan mereka bukan apa-apa bagimu. Dulu engkau adalah gubernur. Kembalilah sekarang ke propinsi itu dan cari setiap orang yang dulu kau tindas. Mintalah maaf pada mereka.” Ia pergi, menemukan mereka semua kecuali seorang, dan mendapatkan pengampunan mereka.
Sekembalinya asy-Syibli, al-Junaid berkata bahwa ia masih merasa dirinya penting. Ia menjalani tahun berikutnya dengan mengemis. Uang yang diperoleh, setiap senja dibawa ke Guru, dan diberikan kepada orang miskin. Asy-Syibli sendiri tidak mendapat makanan sampai pagi berikutnya.
Ia diterima sebagai murid. Setahun sudah berlalu, menjalani sebagai pelayan bagi murid lain, ia merasa menjadi orang paling rendah dari seluruh makhluk.
Ia menggunakan ilustrasi perbedaan antara kaum Sufi dan orang yang tidak dapat diperbaiki lagi, dengan mengatakan hal-hal yang tidak dapat dipahami masyarakat luas.
Suatu hari, karena bicaranya tidak jelas, ia telah diolok-olok sebagai orang gila di masyarakat, oleh para pengumpat. Dia berkata:
Bagi pikiranmu, aku gila.
Bagi pikiranku, engkau semua bijak.
Maka aku berdoa untuk meningkatkan kegilaanku
Dan meningkatkan kebijakanmu
‘Kegilaanku’ dari kekuatan Cinta;
Kebijakanmu dari kekuatan ketidaksadaran.

7 TINGKATAN HATI

SALAM CINTA DAN DAMAI DALAM KASIH ALLAH TUHAN SEMESTA ALAM
Hati memiliki kondisi yg bertingkat-tingkat … pemahaman tentang tingkatan hati sebenarnya hanyalah sebagai batasan dalam kita melakukan INTROSPEKSI DIRI atau bahasa kitabnya MUHASABAH heheheehe … sungguh bukanlah kita yg membuat hati berubah … bukankah termaktub di dalam kitabullah bahwa hanya Allah yg membolak-balikkan hati dan bahwa Dia lah yg Maha Menguasai Jiwa kita … dan fungsi dari MUHASABAH sendiri adalah untuk mendayagunakan akal/otak sesuai dg fungsi nya yaitu sebagai analis sehingga akhirnya kita mengalami fase PENCERAHAN dalam bentuk KESADARAN tentang siapa diri kita dan dalam tingkatan hati yg mana sehingga kita juga SADAR tentang di mana peran kita dalam alam semesta ini … sehingga akan terwujudlah harmonisasi gerak antara satu manusia dengan manusia yg lain dalam tingkatan hatinya masing-masing


1.        HATI YG LIAR : kita sebenarnya mempunyai tolok ukur kebenaran yaitu nurani kita atau NUR dalam QOLBU … sayangnya kita semakin tidak mendengarkan jeritan nurani kita sendiri … tetapi setiap manusia pasti tahu mana yg benar dan salah melalui nurani nya … dan apabila kita membenci setiap kata-kata kebenaran atau setiap hadirnya pembawa kebenaran atau setiap kebenaran apapun bentuknya maka itulah tanda kita adalah MANUSIA DG HATI YG LIAR … ibadah bagi mereka adalah kebohongan saja dan kebaikan bagi mereka adalah dogma dan doktrin serta selalu berprasangka buruk kepada pembawa kebenaran bahkan memusuhi serta mencoba untuk menghentikan suara-suara kebenaran … dan biasanya mereka yag HATINYA LIAR tidak menyadari hal tersebut karena belum ada KESADARAN diri …
HATI YG LIAR dapat diilustrasikan dengan kejadian di saat kita melihat ada hewan ganas yg indah bentuknya dan kemudian kita tertarik mendekatinya … lalu kita bawakan makanan yg sangat lezat untuk hewan tadi … tapi apa yg terjadi ?? si hewan liar akan menggeram bahkan berniat menerkam kita walaupun makanan lezat yg kita bawakan untuknya … sang hewan liar hanya memperturutkan nafsunya tanpa melihat niat baik kita … dan sang hewan tidaklah sanggup untuk memiliki KESADARAN tentang kejadian yg ada di hadapannya … yg dia tahu kita adalah musuhnya …. Ya ya ya mau diapakan lagi ?? apakah akan kita pukul hewan liar tadi ?? jawabannya jinakkan !! jangan dipukul apalagi dibasmi !!! …… nanti akan kita bahas lebih lanjut bagaimana menanganinya
2.        HATI YG JINAK : hati jenis ini sudah mulai memiliki kesadaran walau masih sangat sedikit tetapi sudah mulai bisa menerima suara-suara kebenaran … ibadah masih merupakan coba-coba bagi mereka … masih dalam kondisi iya tau nggak yah ada TUHAN ?? hehehe … karena bagi mereka dengan hati yg masih seperti ini masih sangat mudah untuk tergoyahkan dan kembali ke jalan HATI YG LIAR … sehingga iman belumlah mendarah daging … AGAMA baginya adalah hanya aturan dan hanya karena keturunan saja … KESADARAN belum sepenuhnya menguasai diri mereka …. HATI YG JINAK dapat diilustrasikan apabila kita memiliki hewan yg liar maka kumpulkanlah dengan hewan sejenis yg jinak … maka karena dorongan kebutuhan fisiknya semisal kebutuhan biologisnya maka terjadilah hubungan persahabatan dan saling percaya di antara yg jinak dan liar … sehingga akhirnya apabila kita membawakan makanan pada si jinak maka si liar akan melihat bahwa ternyata kita bukan musuhnya karena ternyata kita begitu baik kepada yg sejenis dengan mereka … itulah hikmah dari kebaikan … sehingga lama-lama hewan yg liar akan jinak dengan sendirinya … hewan jinak apabila kita bawakan makanan pasti mendekat dan mau disentuh tetapi masih belum mau untuk diperintah … inilah cara untuk menjinakkan yg liar yaitu kumpulkan dengan yg jinak maka lama-lama akan berubah menjadi jinak juga dan akhirnya siap untuk dididik dengan pengajaran …
3.        HATI YG PATUH : hati jenis ini tanda-tandanya yg paling tampak adalah sangat rajin dengan ibadah nya … tetapi kalau kita dekati lebih jauh maka sebenarnya dia melakukan itu semua karena bentuk kepatuhan bukan kecintaan … sehingga terkesan seperti kejar setoran atau hanya mengerjakan kewajiban dengan harapan gajian di akhir minggu … tanpa ada nilai rasa hanya gerakan saja sehingga gersang … sehingga hati jenis ini masih mudah tergelincir karena bila suatu ketika “GAJIANNYA” nggak keluar maka dia akan berontak hehehehe … KESADARAN sudah mulai menyeruak walau hanya dalam kepercayaan akal saja belum memasuki relung hati. HATI YG PATUH dapat diilustrasikan seperti seekor hewan sirkus yg hanya mau menurut apabila ada imbalannya yaitu makanan yg disenanginya … maka segala apa yg dilakukan adalah karena hawa nafsunya semata … tanpa adanya iming-iming sesuatu yg bernilai maka tidak akan ada sesuatu yg akan dikerjakannya … karyanya hanya karena hadiah dari tuannya yg dipatuhi … sehingga tiada nilai rasa yg terbentuk dari aktivitasnya
4.        HATI YG MERASAKAN : hati jenis ini sudah melewati masa kritis karena dia sudah mulai merasakan sesuatu dari ibadahnya … getaran CINTA sudah mulai muncul … tetesan air mata taubat sudah mulai muncul dalam ibadah penyembahannya terhadap TUHAN … hati ini sudah mulai memasuki tahapan hati yg SADAR ….
KESADARAN. Tentang kebutuhan spiritual serta tentang jiwa dan ruh sudah mulai nampak … SPIRITUALITAS sudah mulai nampak dalam kehidupannya … IBADAH sudah bukan lagi menjadi hanya KEWAJIBAN tapi lebih kepada KEBUTUHAN …. Alhasil kecenderungan positif sudah kuat di dalam dirinya karena jeritan NURANI sudah mulai terdengar dan akhirnya mempengaruhi kehidupannya …
HATI YG MERASAKAN sudah tidak bisa diilustrasikan dengan nafsu hewani karena inilah awal manusia menjadi bentuk mulianya yaitu menuju KESADARAN QOLBU … sehingga mulai lah kita sebagai manusia sudah biasa dibedakan dengan hewan pada umumnya … karena kita sudah mulai menghubungkan DIRI JASMANI dengan DIRI NAFSANI dan DIRI RUHANI ….
5.        HATI YG DILIPUTI RASA SAYANG : hati jenis inilah yg merupakan hati yg telah tenang dan penuh kesejukan … walau derita selalu menderanya tetapi mereka selalu terlihat tenang dan tidak terlihat memelas dalam hidupnya … karena hati seperti inilah yg telah dikaruniai ALLAH rasa SABAR … dan SABAR pasti disertai MENAHAN SAKIT tapi tanpa MENGELUH baik dari ucap ataupun dari hatinya …. Merekalah orang orang yg telah juga DISAYANGI ALLAH … merekalah yg menerangi dunia dengan ketenangan jiwanya dan mampu mengimbaskan ketenangan jiwa pada yg lain … inilah tingkatan yg mulia di hadapan ALLAH .. karena ALLAH telah mengangkat derajatnya menjadi orang-orang yg diperjalankan untuk menghiasi alam semesta dengan jiwa tenangnya … dan manusia seperti ini selalu menebarkan rasa sayang ke sekitarnya … hilanglah segala pemusuhan dan pertikaian … sesal bukanlah bahasanya derita adalah jalan hidupnya ketenangan adalah payung hidupnya … INILAH KESADARAN MALAKUT
6.        HATI YG PENUH CINTA : hati jenis ini sangat langka … tanda tanda yg nampak adalah dipenuhinya hidupnya dengan RASA SYUKUR karena ALLAH telah menganugerahi RASA SYUKUR ke dalam hatinya … dia begitu men CINTAI hidupnya dan segala takdir TUHAN atas dirinya … sudah hilang derita dalam hidupnya … karena baginya TIADA DERITA ATAS NAMA CINTA … hidupnya penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan … tiada lagi baginya takdir buruk karena hatinya dipenuhi dengan sangka yg baik pada TUHAN nya karena dia yakin bahwa setiap takdir yg diberikan padanya pasti berhubungan dengan takdir ALLAH g diberikan pada yg lain sehingga dia paham bahwa segala ketetapan ALLAH adalah bermaksud baik walau otak dan akalnya belum mampu menangkap hikmah karena terbatasnya otak dan akal …. Berbahagialah manusia seperti ini karena tiada kesedihan yg hinggap di hatinya … CINTA telah menguasai dirinya …. TAI KUCING RASA COKLAT katanya heheheheehe … inilah KESADARAN HAMBA ALLAH
HATI YG PENUH KASIH : hati jenis ini lebih langka lagi … karena hanya segelintir manusia yg diberikan karunia oleh ALLAH untuk berdiri di tingkatan hati ini … dialah hati yg dipenuhi dengan KEIKHLASAN pada SANG KUASA … dia memahami dan dalam KESADARAN puncak karena ALLAH telah mendudukkannya dalam alamNya sehingga dimampukan untuk mengetahui pengetahuan ALLAH dan tersingkaplah segala hijab antar dirinya dengan ALLAH … dan apabila telah tersingkap segala maksud ALLAH maka yg terjadi adalah dia pun berjalan tanpa ragu tanpa takut tanpa khawatir akan apapun …..inilah KESADARAN ILLAHIAH … baginya tiada lagi sedih bahagia takut ataupun berani karena semua rasa yg telah dilewati adalah hanya alat untuk menyempurnakan pengenalannya terhadap KEKASIH HATINYA yaitu ALLAH

Tiada bahasa yg mampu mewakili segala hal tentang ALLAH … bahkan saya meyakini bahwa kata-kata yg meluncur dalam bentuk tulisan ini pasti sangat tidak mewakili yg sesungguhnya … karena bahasa ALLAH berawal tanpa kata dan tanpa huruf … yg bisa kita lakukan sekarang hanyalah INTROSPEKSI DIRI dan mencoba mengenali diri kita sendiri … dan apabila kita sudah mengenal diri kita maka amati bagaimana TUHAN bekerja melalui diri kita …

TUHAN akan melepaskan manusia yg telah paripurna yg merupakan mantan hewan untuk berkumpul dengan yg liar dan memancingnya untuk berkumpul dengan yg jinak sehingga lambat laun akan siap untuk diberikan pengajaran sehingga akhirnya mengenal diri dan ALLAH dengan sebaik baik pengenalan … SAYANGI CINTAI KASIHI yg lain bagi yg telah SADAR bahwa seharusnya SAYANG CINTA dan KASIH adalah jalan terbaik dalam hidup ini … jalani hidup dengan SABAR SYUKUR IKHLASH bagi mereka yg telah

Hambamu yang kerdil dan hina

Mengenal 9 Syahwat Perempuan : 1 Syahwat Laki-Laki, Siapa yang Akan Bertahan?
Tatkala setelah beberapa waktu suami Robiatul Adawiyah meninggal dunia, tiba-tiba ada yang mengetok pintu rumahnya, sambil berucap salam, akhirnya Robiatul Adawiyah membuka pintu rumahnya, dan alangkah terkejutnya ada beberapa gerombolan orang-orang tampan ada didepannya, salah satu dari ada yang Robiatul Adawiyah kenal, namanya Hasan Basyri
"Ada apa wahai saudaraku, Hasan Basyri?" Tanya Robiatul Adawiyah
"Suamimu telah meninggal dunia, dan engkau harus bersuami lagi" tukas Hasan Basyri
"Ya, tetapi siapa diantara yang lebih alim? Maka akan aku jadikan suami untuk diriku" jawab Robiah
Sahabat Hasanpun berkata "Hasan Basyri adalah orang yang alim diantara kita semua, maka dialah yang pantas bersanding denganmu"
"Baiklah, tapi sebelum kau nikahi aku, jawablah empat pertanyaanku,dan setelah kau bisa menjawab maka aku jadi milikmu" jawab Robiah
"Bertanyalah padaku, bila Allah menjodohkan pasti aku bisa menjawab dari pertanyaanmu itu" kata Hasan
"Bagaimana pendapatmu, seandainya aku mati dan keluar dari dunia ini, apakah aku keluar nanti membawa iman atau tidak?" awal pertanyaan yang disampaikan Robiah
"Ini perkara ghoib, tiada yang tahu kecuali Allah" jawab Hasan
"Bagaimana pendapatmu, seandainya aku telah disemayamkan lalu didalam kubur, aku ditanya dua malaikat munkar nakir, apakah aku bisa menjawab dari pertanyaannya" lanjut Robiah
"Ini juga perkara ghoib, tiada yang tahu kecuali Allah" jawab Hasan
"Apabila manusia dikumpulkan pada hari kiamat dan aku menerima buku catatan amalku, apakah kuterima buku catatanku itu dengan tangan kiri atau tangan kanan?" Tanya Robiah
"Ini juga perkara ghoib" sahut Hasan
"Apabila manusia dipanggil dan diadili, pada saat itu apakah aku masuk di neraka atau di surga?" Tanya Robiah
Lagi-lagi dijawab oleh Hasan "ini juga perkara ghoib"
Kemudian Robiahtul Adawiyah berkata "bagaimana engkau bisa layak menjadi suamiku, sedangkan perkara ini saja engkau tidak mengetahuinya, wahai Hasan bisyri..!"
"memangnya berapa bagian Allah menciptakan akal" lanjut Robiah
"Sepuluh bagian, Sembilan bagian untuk laki-laki dan satu untuk perempuan" sahut Hasan
"Berapa bagian Allah menciptakan syahwat?" Tanya Robiah
"Sepuluh bagian, Sembilan untuk perempuan dan satu untuk laki-laki" jawab Hasan
Dengan diplomatis Robiahtul Adawiyah berkata
"Wahai Hasan Basyri, kau tahu aku mampu menjaga sembilan syahwatku dengan satu bagian akal, sedangkan kamu tidak mampu menjaga satu syahwatmu dengan sembilan bagian akalmu"
Saat itu menangislah Hasan Basyri, sambil keluar meninggalkan Robiahtul Adawiyah.

10 Sahabat yang dijamin masuk surga

10 Sahabat yang dijamin masuk surga

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
 Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu’anhu (RA) adalah khalifah pertama, setelah Nabi wafat. Ia sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah, kemanapun Nabi pergi, ia selalu menyertainya. Termasuk saat Rasul dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah, suatu perjalanan yang penuh dengan risiko.
Sejak remaja, Abu Bakar telah bersahabat dengan Nabi. Ia juga orang yang pertama memeluk Islam. Tidak sulit baginya untuk mempercayai ajaran islam, karena ia tahu betul keagungan ahklak Rasulullah. Demikian juga saat Nabi menyampaikan peristiwa Isra Mi’raj. Abu Bakarlah sahabat yang pertama kali membenarkan peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, ia diberi gelar oleh Rasulullah yakni Ash-Shiddiq ( yang benar, jujur, dan membenarkan ). Abu Bakar wafat dalam usia 63 tahun ( 13 hijriah ). Ia dimakamkan di Madinah bersebelahan dengan makam Rasulullah.

2. ‘Umar bin Khattab‘
Umar bin Khattab RA adalah khalifah kedua. Ia termasuk sahabat yang sangat dikasihi oleh Nabi. Sebelum masuk Islam, ia dikenal sebagai sosok yang jago gulat dan gemar mabuk-mabukan. Seluruh penduduk Makkah merasa takut kepadanya.
‘Umar memeluk islam setelah mendengar surat Thoha yang dibacakan saudara perempuannya. Ia sangat keras dalam membela agama Allah. Ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraisy terhadap diri Nabi dan sahabat. Saat ‘Umar diangkat menjadi khalifah, daerah kekuasaan Islam bertambah. Kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukan dalam kurun waktu satu tahun (636-637 M). Pemimpin yang sederhana dan peduli pada rakyatnya ini, wafat setelah dibunuh Abu Lukluk saat hendak memimpin shalat (23 H/644 M). Ia dimakamkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah.

3. ‘Ustman bin Affan
‘Ustman bin Affan RA adalah khalifah Islam ketiga. Pada saat kepemimpinannya, ia berhasil mengumpulkan wahyu, dan menyusunnya dalam bentuk mushaf Al-Qur’an.
‘Ustman bin Affan masuk islam lewat ajakan Abu Bakar. Ia mendapat gelar Dzun Nur ‘Ain ( pemilik dua cahaya ), karena menikahi dua putri Nabi, Ruqqayah dan Ummu Kultsum. ‘Ustman dikenal sebagai saudagar kaya dan dermawan. Ia selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah. Saat berkecamuk perang Tabuk, ‘Ustman menyumbang lebih dari 940 unta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi 1000. ‘Ustman wafat pada tahun 35H atau 655M.

4. ‘Ali bin Abi Thalib
‘Ali bin Abi Thalib RA dilahirkan di Makkah tahun 598 Masehi. Ali adalah orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak.
Ali terkenal orang yang sangat berani, ahli siasat perang, dan cerdas. Pada saat peristiwa hijrah, ‘Ali tidur diatas tempat tidur Nabi. Sehingga, para tentara Quraisy yang mengepung rumah Nabi, mengira Nabi masih berada di dalam rumah.
‘Ali wafat pada tahun 40 Hijriyah, setelah ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam dengan pedang yang beracun setelah shalat shubuh. Ia meninggal dalam usia 63 tahun dan menjabat selama 4 tahun 9 bulan. Beliau di makamkan di Kufah, Irak.

5. Thalhah bin Abdullah
Thalhah bin Abdullah dikenal sebagai salah satu konsultan Rasulullah. Ia berasal dari suku Quraisy.
Saat berkecamuk perang Uhud, Thalhah ikut serta. Di arena tersebut ia menderita luka parah. Dia menjadikan dirinya sebuah perisai bagi Rasulullah dan mengalihkan panah yang akan menancapkan diri Nabi dengan tangannya. Sehingga semua jari-jarinya putus. Thalhah wafat pada 36 H atau 656 M. Ia syahid saat mengikuti perang Jamal.

6. Zubeir bin Awwam
Zubeir bin Awwam termasuk golongan yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Usianya saat itu baru berumur 15 tahun.
Pembelaannya terhadap islam begitu nyata. Zubeir tidak pernah absen dalam berbagai pertempuran bersama kaum muslimin. Ia selalu berada di garda depan saat jihad di kumandangkan. Sekujur tubuhnya terdapat luka dari hasil peperangan.
Ia sangat dicintai Rasulullah. Saat terjadi perseteruan di antara kaum muslimin, Zubeir tidak sedikitpun memihak yang berseteru. Ia malah berusaha menyatukannya.
Zubeir ditikam ketika sedang menghadap Allah, ia wafat pada tahun 36H atau 656M.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas
Sa’ad bin Abi Waqqas memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Ia sangat mahir menunggang kuda dan memanah. Jika ia memanah musuh dalam sebuah peperangan pastilah tepat sasarannya. Hampir seluruh peperangan ia ikuti.Saat awal memeluk Islam, ibunya mengancam untuk mogok makan dan minum. Dengan harapan, Sa’ad kembali ke ajaran nenek moyang. Namun, hampir sang ibu menemui ajalnya, ancaman itu tetap tidak dihiraukan oleh Sa’ad. Ia tidak menjual keyakinannya dengan apapun, sekalipun dengan nyawa ibunya.Saat periode khalifah Umar bin Khatab, Sa’ad diangkat sebagai gubernur mileter di Iraq yang bertugas mengatur pemerintahan dan sebagai panglima tentara.Sa’ad wafat pada usia 70 tahun (55H atau 676M). Ia di makamkan di tanah Baqi’

8. Sa’id bin Zaid
Sa’id adalah di antara sahabat yang beruntung. Dia masuk islam bersama-sama istrinya, Fathimah binti al-Khattab, adik perempuan ‘Umar bin Khattab. Sa’id membaktikan segenap daya dan tenaganya untuk berkhidmak kepada islam. Ketika memeluk islam usianya belum genap 20 tahun.
Sa’id turun berperang bersama Rasulullah dalam setiap peperangan. Ia juga turut bersama kaum muslimin mencabut singasana Kisra Persia. Sa’id pernah diperintahkan Rasulullah memata-matai aktivitas musuh.
Ia wafat dalam usia 70 tahun (51H atau 671M) dan di makamkan di Baqi’ Madinah.

9. ‘Abdurrahman bin ‘Auf
‘Abdurrahman bin ‘Auf termasuk tujuh orang yang pertama masuk Islam. Ia termasuk diantara sahabat Nabi yang mempunyai harta melimpah yang didapatkan dengan perniagaan.
Kesuksesannya tidak membuat ia lupa diri, ia selalu menafkahkan hartanya dijalan Allah. Bahkan saat ia diberitakan Rasulullah bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat sedekahnya makin membara. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan Islam.Abdurrahman sempat berhijrah ke Habsyah sebanyak 2 kali. Ia wafat pada umur 72 tahun(32H atau 652M) di Baqi’

10. Abu ‘Ubaidah bin Jarrah
Rasulullah pernah memberikan pernyataan tentang Abu ‘Ubaidah. “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan umat ini adalah Abu ‘Ubaidah,” begitu kata Rasulullah. Abu ‘Ubaidah orang yang amanah dan jujur dalam berperilaku.
Abu Ubaidah masuk Islam melalui perantara Abu Bakar Ash-Shiddik pada awal kerasulan nabi Muhammad SAW. Ia beberapa kali dipercaya Rasul memimpin peperangan. Ia wafat pada tahun 18H atau 639M

MENELUSURI JEJAK HIDUP SYEKH ABDUL QADIR AL-JAELANI

Diriwayatkan bahwa saat mengandung beliau usia ibunya 60 tahun. Ada yang menyatakan bahwa pada usia 60 tahun tidak ada wanita yang bisa hamil lagi. Ibu beliau bernama Fathimah binti Syekh Abdullah Ash-Shauma’i. Setelah lahir Syekh Abdul Qodir tidak mau menyusupada saat bulan Ramadhan, sehingga jika masyarakat tidak dapat melihat hilal penentuan bulan Ramadhan, masyarakat mendatangi ayah Syekh Abdul Qodir. Jika ayah beliau menjawab “hari ini anakku tidak menyusu maka orang-orangpun mengerti bahwa bulan Ramadhan telah tiba”.
Abul Hasan An-Nadawi, dalam kitabnya “Rijalul Fikri wal da’wah wal Islam” (Tokoh-tokoh Intelektual Da’wah dan Islam) mengisahkan tentang Syeikh Abdul Qadir Al-Jailanisebagai berikut :
“Majelis beliau (Abdul Qadir) dihadiri oleh tujuh puluh ribu orang. Di tangannya lebih dari lima ribu orang Yahudi dan Nasrani masuk Islam, dan lebih dari seratus orang yang sesat bertaubat. Beliau buka pintu bai’at dan taubat di bawah bimbingannya. Maka masuklah ke dalam bimbingannya orang-orang yang jumlahnya hanya diketahui oleh Allah, sehingga keadaan umat semakin membaik dan keislaman mereka pun semakin mendalam.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan Thariqat Qadiriyah
Saat usia 8 tahun, beliau sudah me-ninggalkan kota kelahirannya menuju Baghdad, yang saat itu Baghdad dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Selanjutnya pada tahun 521 H/1127 M, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengajar dan menyampaikan fatwa-fatwa agama kepada masyarakat hingga beliau dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun, be-liau menghabiskan waktunya sebagai pengembara di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh besar yang harum namanya dalam dunia Islam.
Sejak itulah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani disebut-sebut sebagai tokoh sufi yang mendirikan Tariqhat Qodiriyah, sebuah istilah yang tidak lain berasal dari namanya. Tariqhat ini terus berkem-bang dan banyak diminati oleh kaum muslimin. Meski Irak dan Syiria disebut sebagai pusat dari pergerakan Tariqhat ini, namun pengikutnya berasal dari belahan negara muslim lainnya, seperti Yaman, Turki, Mesir, India, hingga se-bagian Afrika dan Asia.
Perkembangan Tariqhat ini semakin melesat, terlebih pada abad ke ke 15 M. Di India misalnya, Tariqhat Qadiriyah berkembang luas setelah Muhammad Ghawsh (1517 M) memimpin Tariqhat ini. Dia juga mengaku sebagai keturunan dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Di Turki ada Ismail Rumi (1041 H/1631 M) yang diberi gelar mursyid kedua dari Tariqhat Qadiriyah. Adapun di Makkah, penyebaran Tariqhat Qodiriyah sudah bermula sejak 1180 H/1669 M.
Berbeda dengan beberapa Tariqhat lainnya, Tariqhat Qadiriyah dikenal sebagai Tariqhat yang luwes. Dalam pan-dangan shufi, seseorang yang sudah mencapai derajat mursyid (guru) tidak mesti harus mengikuti Tariqhat guru di atasnya lagi. Ia memiliki hak untuk memperluas Tariqhat Qadiriyah dengan membuat Tariqhat baru, asalkan sejalan dengan Tariqhat Qadiriyah.
Dari sifat keluwesannya ini, Tariqhat Qadiriyah memiliki banyak anak cabang yang masing-masing memiliki mursyid-nya. Sebut saja seperti Tariqhat Benawa yang berkembang pada abad ke-19, Tariqhat Ghawtsiyah (1517), Thariqhat Junaidiyah (1515 M), Thariqhat Kama-liyah (1584 M), Thariqhat Miyan Khei (1550 M), dan Thariqhat Qumaishiyah (1584), yagn semuanya berkembang di India. Di Turki terdapat Tariqhat Hin-diyah, Khulusiyah, Nawshahi, Rumiyah (1631 M), Nabulsiyah, dan Waslatiyyah. Adapun di Yaman ada Tariqhat Ahda-liyah, Asadiyah, Mushariyyah, ‘Urabiy-yah, Yafi’iyah (718-768 H/1316 M) dan Zayla’iyah. Sedangkan di Afrika terdapat Tariqhat Ammariyah, Bakka’iyah, Bu’aliyya, Manzaliyah dan Tariqhat Jilala. Thariqat Jilala ini adalah sebuah nama lain yang dialamatkan oleh masyarakat Maroko kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Adapun di Indonesia, Thariqat Qa-diriyah berkembang pesat yang berasal dari kawasan Makkah, Arab Saudi. Thariqat Qadiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di seluruh Pulau Jawa. Ada beberapa pesantren yang menjadi pusat pergerakan Thariqat Qadiriyah ini. Sebut saja seperti Pesan-tren Suryalaya Tasikmalaya (Jawa Ba-rat), Pesantren Mranggen (Jawa Tengah), dan Pesantren Tebuireng Jombang (Ja-wa Timur).
Sebagai informasi tambahan, orga-nisasi agama di Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari Thariqat Qadiriyah adalah Nahdhatul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926. Ada juga organisasi lain seperti al-Washliyah dan Thariqat Qadiriyah Naqsa-bandiyah yang merupakan organisasi resmi di Indonesia.
Karya-karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
Berikut adalah beberapa kitab yang menjadi karya tulis beliau:
1. Al-Ghunyah li Thalib Thariiq al-Haq fi al-Akhlaq wa al-Tashawuf wa al-Adab al-Islamiyah.
2. Futuh al-Ghaib
3. Al-Fath al-Rabbani wa al-Faidl al-Rahmani
Demikianlah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang hidup dengan penuh pengabdiannya kepada Islam. Beliau wafat pada malam Sabtu ba’da maghrib di daerah Babul Azajwafat, Baghdad, pada tanggal 8 Rabiul Akhir 561 H / 1166 M. Jenazahnya dimakamkan di madrasahnya sendiri setelah disaksikan oleh ribuan jama’ah yang tak terhitung jumlahnya.
__________________________________________________________________
Keramat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
Pada tulisan kali ini, kita akan sedikit menyimak beberapa kisah yang dialamatkan (ditujukan) kepada Syaikh Ab-dul Qadir al-Jailani. Kisah-kisah tersebut banyak tertulis di beberapa kitab dan cukup dikenal luas oleh kalangan kaum muslimin. Namun dalam hal ini, kita perlu tahu bahwa banyak dari kisah-kisah tersebut yang fiktif (tidak nyata kebenarannya).
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan Kisah-Kisah Ajaibnya
Diceritakan oleh Muhammad bin al-Khidir bin al-Husaini bahwa ayahnya berkata,” Jika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani memberikan pelajaran berbagai disiplin ilmu di majlisnya, maka perkataannya tak pernah terputus. Tidak ada seorangpun yang berani meludah, mendengus, berdehem, berbicara, maupun maju ke tengah majlis karena kharisma beliau.
Keagungannya membuat orang-orang yang hadir ikut berdiri jika beliau datang ke dalam majlisnya. Karismanya membuat semua orang hening ketika beliau memerintahkan mereka untuk diam sampai yang terdengar hanya hembusan nafas mereka. Tangan orang-orang yang hadir dalam majlisnya sampai bersentuhan dengan kaki orang lain. Beliau mengenali mereka satu persatu hanya dengan memegang tanpa harus melihat wajahnya.
Orang yang jauh sekalipun bisa men-dengar ucapan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Bahkan beliau bisa menebak isi hati seseorang dan memberi nasihat berdasarkan ucapan batin dalam diri-nya.
Diriwayatkan pula bahwa arwah pa-ra nabi berpusar mengelilingi majlis Syaikh Abdul Qadir al-Jailani baik di langit maupun di bumi bak angin yang berpusar di ufuk. Juga malaikat meng-hadiri majlisnya berkelompok demi kelompok.
Syaikh Abu Madyan bin Syuaib ber-kata, “Ketika aku bertemu dengan Al-Khidr, aku bertanya tentang para syaikh (wali Allah) dari barat sampai timur saat ini. Ketika aku bertanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, dia (al-Khidir) berkata, “Beliau adalah imam golongan as-Shidq, hujjah bagi kaum ‘arif. Dia adalah roh dalam ma’rifah dan posi-sinya dibandingkan dengan para wali lainya adalah al-Qurbah (kedekatan).”
Dari Syaikh Muhammad bin Harawi, ia berkata, “Suatu hari ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berbicara di ma-jlisnya, beliau terdiam beberapa saat kemudian berkata,” Jika aku meng-inginkan Allah swt mengirimkan burung hijau yang akan mendengarkan perka-taanku maka Ia akan mengabulkannya’. Sekejap kemudian majlis tersebut dipe-nuhi oleh burung berwarna hijau yang dapat dilihat oleh semua yang hadir’”.
Masih soal burung, suatu saat ada seekor burung yang melintas di atas majlis Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Kemudian beliau berkata, “Demi Allah yang disembah, jika aku mengatakan ‘matilah terpotong-potong’ kepada burung itu maka hal itu pasti terjadi”. Se-telah beliau selesai mengucapkannya, burung tersebut jatuh dalam keadaan mati terpotong-potong”.
Syaikh Baqa bin Bathu An-Nahri al-Makki berkata,“Ketika Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berbicara di tangga per-tama kursinya, tiba-tiba perkataan beliau terputus dan beliau tidak sadarkan diri beberapa saat. Setelah sadar beliau langsung turun dari kursi dan kemudian kembali menaiki kursi tersebut dan duduk di tangga kedua. Dan aku menyak-sikan tangga pertama tersebut mema-njang sepanjang penglihatan dan di-lapisi sutera hijau. Telah duduklah di sana Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Saat itu Allah swt ber-tajalli (merupakan istilah tasawuf yang berarti ”penampakan diri Tuhan yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas) sehingga membuat beliau miring dan hampir jatuh jika tidak dipegang oleh Rasulullah saw. Kemudian beliau tampak semakin menge-cil hingga sebesar burung, kemudian menjadi sangat besar dan kemudian semakin menjauh dariku”.
Ketika syaikh Baqa’ ditanya tentang penglihatannya kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya, beliau berkata, “Semua itu adalah arwah mereka yang membentuk. Hanya mereka yang dia-nugerahi kekuatan saja yang dapat me-lihat mereka dalam bentuk jasad dan segala sifat fisik.”
Sedangkan saat beliau ditanya ten-tang Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang mengecil dan membesar, Syaikh Baqa’ berkata, “Tajalli pertama tidak bisa ditahan oleh orang biasa kecuali dengan pertolongan Nabi. Oleh karena itu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani nyaris terjatuh. Sedangkan Tajalli kedua didasarkan pada sifat ke-Agungan yang berasal dari Yang Disifati, oleh karena itu beliau mengecil. Sedangkan tajalli ketiga di-dasari pada sifat ke-Maha Indahan Allah, oleh karena itu beliau membesar. Semua itu adalah anugerah Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan sesungguhnya Allah memiliki anugerah yang a-gung”.
Syaikh Harawi berkata, “Aku mela-yani Syaikh Abdul Qadir al-Jailani selama 40 tahun, selama itu beliau se-lalu melaksanakan shalat subuh dengan wudhu shalat isya’. Jika beliau berha-dats, beliau segera memperbaharui wudhunya. Dan setelah shalat isya’ beliau masuk seorang diri ke dalam ruang khalwatnya dan tidak keluar hingga fajar.
Syaikh Ahmad Rifa’i berwasiat ke-pada keponakan-keponakannya, “Jika kalian tiba di Baghdad, dahulukan me-ngunjungi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani jika beliau masih hidup. Atau menziarahi kuburnya apabila beliau sudah meninggal. Karena beliau telah mengambil janji Allah bahwa semua pemilik kondisi spiritual yang tidak menomor satukan beliau akan dicabut kondisi spiritual yang di-milikinya. Syaikh Abdul Qadir benar-benar merupakan kerugian begi mereka yang tidak melihatnya.”
Syaikh Umar al-Bazaar berkata, “Su-atu hari aku duduk di hadapan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam khalwatnya. Beliau berkata kepadaku, ‘Jaga punggungmu karena akan ada kucing yang jatuh di punggungmu’. Dalam hati aku berkata, ‘ Dari mana datangnya kucing? Tidak ada lubang di atas dan…..’ Se-belum selesai bicara, tiba-tiba seekor kucing jatuh ke punggungku. Kemudian beliau memukulkan tangannya ke dadaku dan aku mendapati cahaya terbit dari dalam dadaku bak mentari. Dan aku menemukan al-Haq pada saat itu.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani ber-kata, “Ibadah haji pertamaku aku lakukan pada saat aku masih muda dan sedang melaksanakan Tajrid (pelepasan). Saat aku tiba di daerah Umm al-Qurn aku bertemu Syaikh Uday bin Musafir yang juga masih muda. ‘Mau kemada engkau?’ Tanya Syaikh Uday kepadaku. ‘Makkah Al-Musyarafah’, jawabku. ‘Apa engkau bersama seseorang?’ tanya Syaikh Uday kembali. ‘Aku sedang melaksanakan tajrid,’ jawabku.
Kemudian kami berdua melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan kami berjumpa seorang wanita kurus dari Habsyi (Ethiopia). Dia berhenti di depanku dan memandangi wajahku lalu kemudian berkata, ‘Anak muda, dari manakah engkau?’ Aku menjawab, ‘O-rang Ajam (non-Arab) yang tinggal di Baghdad’. ‘Engkau telah membuatku lelah hari ini,’ sahutnya. ‘Kenapa?’ tanyaku. Kemudian wanita itu pun menjelaskan alasannya, ‘Satu jam yang lalu aku berada di Habsyi kemudian Allah menunjukkan hatimu kepadaku sekaligus anugerah-Nya kepadamu yang belum pernah aku saksikan diberikan-Nya kepada selain dirimu. Hal itu menyebabkan aku ingin mengenal dirimu. Hari ini aku ingin berjalan bersama kalian melewatkan malam bersama kalian’.
Lantas akupun berkata, ‘Itu merupakan kehormatan buat kami’. Setelah itu dia mengikuti kami berjalan di sisi lain wadi (aliran sungai gurun) tersebut. Ketika tiba waktu maghrib dan saat makan malam tiba, sebuah nampan turun dari langit yang berisi 6 potong roti beserta lauk pauknya. ‘Subhanallah segala puji dan syukur bagi Allah yang telah memuliakan aku dan tamuku’, ungkap perempuan tersebut.
Malam itu, setiap dari kami memakan dua potong roti. Selesai makan, datanglah tempat air dan kami meminum air yang kesegaran dan rasanya tidak ada di dunia ini. Setelah itu, perempuan itupun pergi meninggalkan kami.
Kisah selanjutnya adalah, ada seorang kafilah yang kehilangan 4 untanya di hutan. Kemudian ia teringat akan pesan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bahwa jika dirinya mendapat kesulitan, maka diperintahkan untuk menyebut nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Kemudian kafilah itu menyebut nama Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Tiba-tiba, ada seorang berjubah putih di atas bukit dengan melambaikan tangan. Kafilah tersebut menuju sosok yang dimak-sud. Namun setelah sampai di atas bu-kit, sosok tersebut hilang dan malah ia menemukan ke 4 unta yang sedang dicarinya.
Demikianlah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani beserta kisah-kisah hidup, ilmu, dan karamah yang ditujukan kepadanya.
Dari sumber lain
Syekh Abdul Qadir al-Jaylani merupakan tokoh sufi paling masyhur di Indonesia. Peringatan Haul waliyullah ini pun selalu dirayakan setiap tahun oleh umat Islam Indonesia. Tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya Tarekat Qadiriyah ini lebih dikenal masyarakat lewat cerita-cerita karamahnya dibandingkan ajaran spiritualnya.Terlepas dari pro dan kontra atas kebenaran karamahnya, Biografi (manaqib) tentangnya sering dibacakan dalam majelis yang dikenal di masyarakat dengan sebutan manaqiban.
Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir ibn Abi Shalih Abdullah Janki Dusat al-Jaylani. Al-Jaylani merupakan penisbatan pada Jil, daerah di belakang Tabaristan. Di tempat itulah ia dilahirkan. Selain Jil, tempat ini disebut juga dengan Jaylan dan Kilan.
NASAB
Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif, Jailan, Iraq, pada bulan Ramadhan 470 H, bertepatan dengan th 1077 M. Ayahnya bernama Shahih, seorang yang taqwa keturunan Hadhrat Imam Hasan, r.a., cucu pertama Rasulullah saw, putra sulung Imam Ali ra dan Fatimah r.a., puteri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah puteri seorang wali, Abdullah Saumai, yang juga masih keturunan Imam Husein, r.a., putera kedua Ali dan Fatimah. Dengan demikian, Sayid Abdul Qadir adalah Hasaniyin sekaligus Huseiniyin.
MASA MUDA
Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakkur dan sering melakukan agar lebih baik, apa yang disebut ‘pengalaman-pengalaman mistik’. Ketika berusia delapan belas tahun, kehausan akan ilmu dan keghairahan untuk bersama para orang saleh, telah membawanya ke Baghdad, yang kala itu merupakan pusat ilmu dan peradaban. Kemudian, beliau digelari orang Ghauts Al-A’dzam atau wali Ghauts terbesar.
Dalam terminologi kaum sufi, seorang Ghauts menduduki jenjang ruhaniah dan keistimewaan kedua dalam hal memohon ampunan dan ridha Allah bagi ummat manusia setelah para nabi. Seorang ulama’ besar di masa kini, telah menggolongkannya ke dalam Shaddiqin, sebagaimana sebutan Al Qur’an bagi orang semacam itu. Ulama ini mendasarkan pandangannya pada peristiwa yang terjadi pada perjalanan pertama Sayyid Abdul Qadir ke Baghdad.
Diriwayatkan bahwa menjelang keberangkatannya ke Baghdad, ibunya yang sudah menjanda, membekalinya delapan puluh keping emas yang dijahitkan pada bagian dalam mantelnya, persis di bawah ketiaknya, sebagai bekal. Uang ini adalah warisan dari almarhum ayahnya, dimaksudkan untuk menghadapi masa-masa sulit. Kala hendak berangkat, sang ibu diantaranya berpesan agar jangan berdusta dalam segala keadaan. Sang anak berjanji untuk senantiasa mencamkan pesan tersebut.
Begitu kereta yang ditumpanginya tiba di Hamadan, menghadanglah segerombolan perampok. Kala menjarahi, para perampok sama sekali tak memperhatikannya, karena ia tampak begitu sederhana dan miskin. Kebetulan salah seorang perampok menanyainya apakah ia mempunyai uang atau tidak. Ingat akan janjinya kepada sang ibu, si kecil Abdul Qadir segera menjawab: “Ya, aku punya delapan puluh keping emas yang dijahitkan di dalam baju oleh ibuku.” Tentu saja para perampok terperanjat keheranan. Mereka heran, ada manusia sejujur ini.
Mereka membawanya kepada pemimpin mereka, lalu menanyainya, dan jawabannya pun sama. Begitu jahitan baju Abdul Qadir dibuka, didapatilah delapan puluh keping emas sebagaimana dinyatakannya. Sang kepala perampok terhenyak kagum. Ia kisahkan segala yang terjadi antara dia dan ibunya pada saat berangkat, dan ditambahkannya jika ia berbohong, maka akan tak bermakna upayanya menimba ilmu agama.
Mendengar hal ini, menangislah sang kepala perampok, jatuh terduduk di kali Abdul Qadir, dan menyesali segala dosa yang pernah dilakukan. Diriwayatkan, bahwa kepala perampok ini adalah murid pertamanya. Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi Shiddiq. Andaikata ia tak benar, maka keberanian kukuh semacam itu demi kebenaran, dalam saat-saat kritis, tak mungkin baginya.
BELAJAR DI BAGHDAD
Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan murah hati, ia terpaksa mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya, ia cepat menguasai semua ilmu pada masa itu. Ia membuktikan diri sebagai ahli hukum terbesar di masanya. Tetapi, kerinduan ruhaniahnya yang lebih dalam gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan di masa mudanya, kala tenggelam dalam belajar, ia gemar musyahadah*).
Ia sering berpuasa, dan tak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi berhari-hari tanpa makanan. Di Baghdad, ia sering menjumpai orang-orang yang berfikir serba ruhani, dan berintim dengan mereka. Dalam masa pencarian inilah, ia bertemu dengan Hadhrat Hammad, seorang penjual sirup, yang merupakan wali besar pada zamannya.
Lambat laun wali ini menjadi pembimbing ruhani Abdul Qadir. Hadhrat Hammad adalah seorang wali yang keras, karenanya diperlakukannya sedemikian keras sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon ghauts ini menerima semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan ruhaninya.
LATIHAN-LATIHAN RUHANIAH
Setelah menyelesaikan studinya, ia kian keras terhadap diri. Ia mulai mematangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada shalat dan membaca Qur’an suci. Shalat sedemikian menyita waktunya, sehingga sering ia shalat shubuh tanpa berwudhu lagi, karena belum batal.
Diriwayatkan pula, beliau kerapkali khatam membaca Al-Qur’an dalam satu malam. Selama latihan ruhaniah ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga ia tak bertemu atau berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, ia berkeliling padang pasir. Akhirnya ia tinggalkan Baghdad, dan menetap di Syustar, dua belas hari perjalanan dari Baghdad. Selama sebelas tahun, ia menutup diri dari dunia. Akhir masa ini menandai berakhirnya latihannya. Ia menerima nur yang dicarinya. Diri-hewaninya kini telah digantikan oleh wujud mulianya.
DICOBA IBLIS
Suatu peristiwa terjadi pada malam babak baru ini, yang diriwayatkan dalam bentuk sebuah kisah. Kisah-kisah serupa dinisbahkan kepada semua tokoh keagamaan yang dikenal di dalam sejarah; yakni sebuah kisah tentang penggodaan. Semua kisah semacam itu memaparkan secara perlambang, suatu peristiwa alamiah dalam kehidupan.
Misal, tentang bagaimana nabi Isa as digoda oleh Iblis, yang membawanya ke puncak bukit dan dari sana memperlihatkan kepadanya kerajaan-kerajaan duniawi, dan dimintanya nabi Isa a.s., menyembahnya, bila ingin menjadi raja dari kerajaan-kerajaan itu. Kita tahu jawaban beliau, sebagai pemimpin ruhaniah. Yang kita tahu, hal itu merupakan suatu peristiwa perjuangan jiwa sang pemimpin dalam hidupnya.
Demikian pula yang terjadi pada diri Rasulullah saw. Kala beliau kukuh berdakwah menentang praktek-praktek keberhalaan masyarakat dan musuh-musuh beliau, para pemimpin Quraisy merayunya dengan kecantikan, harta dan tahta. Dan tak seorang Muslim pun bisa melupakan jawaban beliau: “Aku sama sekali tak menginginkan harta ataupun tahta. Aku telah diutus oleh Allah sebagai seorang Nadzir**) bagi umat manusia, menyampaikan risalah-Nya kepada kalian. Jika kalian menerimanya, maka kalian akan bahagia di dunia ini dan di akhirat kelak. Dan jika kalian menolak, tentu Allah akan menentukan antara kalian dan aku.”
Begitulah gambaran dari hal ini, dan merupakan fakta kuat kemaujudan duniawi. Berkenaan dengan hal ini, ada dua versi kisah tentang Syaikh Abdul Qadir Jailani. Versi pertama mengisahkan, bahwa suatu hari Iblis menghadapnya, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia membawa Buraq dari Allah, yang mengundangnya untuk menghadap-Nya di langit tertinggi.
Sang Syaikh segera menjawab bahwa si pembicara tak lain adalah si Iblis, karena baik Jibril maupun Buraq takkan datang ke dunia bagi selain Nabi Suci Muhammad saw. Setan toh masih punya cara lain, katanya: “Baiklah Abdul Qadir, engkau telah menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu.” “Enyahlah!, bentak sang wali.” Jangan kau goda aku, bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Allahlah aku selamat dari perangkapmu”.
Versi kedua mengisahkan, ketika sang Syaikh sedang berada di rimba belantara, tanpa makanan dan minuman, untuk waktu yang lama, awan menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Sang Syaikh meredakan dahaganya. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru: “Akulah Tuhanmu, kini Kuhalalkan bagimu segala yang haram.” Sang Syaikh berucap: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” Sosok itu pun segera pergi berubah menjadi awan, dan terdengar berkata: “Dengan ilmumu dan rahmat Allah, engkau selamat dari tipuanku.”
Lalu setan bertanya tentang kesigapan sang Syaikh dalam mengenalinya. Sang Syaikh menyahut bahwa pernyataannya menghalalkan segala yang haramlah yang membuatnya tahu, sebab pernyataan semacam itu tentu bukan dari Allah.
Kedua versi ini benar, yang menyajikan dua peristiwa berlainan secara perlambang. Satu peristiwa dikaitkan dengan perjuangannya melawan kebanggaan akan ilmu. Yang lain dikaitkan dengan perjuangannya melawan kesulitan-kesulitan ekonomi, yang menghalangi seseorang dalam perjalanan ruhaniahnya.
Kesadaran aka kekuatan dan kecemasan akan kesenangan merupakan kelemahan terakhir yang mesti enyah dari benak seorang salih. Dan setelah berhasil mengatasi dua musuh abadi ruhani inilah, maka orang layak menjadi pemimpin sejati manusia.
PANUTAN MASYARAKAT
Kini sang Syaikh telah lulus dari ujian-ujian tersebut. Maka semua tutur kata atau tegurannya, tak lagi berasal dari nalar, tetapi berasal dari ruhaninya.
Kala ia memperoleh ilham, sebagaimana sang Syaikh sendiri ingin menyampaikannya, keyakinan Islami melemah. Sebagian muslim terlena dalam pemuasan jasmani, dan sebagian lagi puas dengan ritus-ritus dan upacara-upacara keagamaan. Semangat keagamaan tak dapat ditemui lagi.
Pada saat ini, ia mempunyai mimpi penting tentang masalah ini. Ia melihat dalam mimpi itu, seolah-olah sedang menelusuri sebuah jalan di Baghdad, yang di situ seorang kurus kering sedang berbaring di sisi jalan, menyalaminya.
Ketika sang Syaikh menjawab ucapan salamnya, orang itu memintanya untuk membantunya duduk. Begitu beliau membantunya, orang itu duduk dengan tegap, dan secara menakjubkan tubuhnya menjadi besar. Melihat sang Syaikh terperanjat, orang asing itu menentramkannya dengan kata-kata: ” Akulah agama kakekmu, aku menjadi sakit dan sengsara, tetapi Allah telah menyehatkanku kembali melalui bantuanmu.”
Ini terjadi pada malam penampilannya di depan umum di masjid, dan menunjukkan karir mendatang sang wali. Kemudian masyarakat tercerahkan, menamainya Muhyiddin, ‘pembangkit keimanan’, gelar yang kemudian dipandang sebagai bagian dari namanya yang termasyhur. Meski telah ia tinggalkan kesendiriannya (uzlah), ia tak jua berkhutbah di depan umum. Selama sebelas tahun berikutnya, ia mukim di sebuah sudut kota, dan meneruskan praktek-praktek peribadatan, yang kian mempercerah ruhaniyah.
KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
Menarik untuk dicatat, bahwa penampilannya di depan umum selaras dengan kehidupan perkawinannya. Sampai tahun 521 H, yakni pada usia kelima puluh satu, ia tak pernah berpikir tentang perkawinannya. Bahkan ia menganggapnya sebagai penghambat upaya ruhaniyahnya. Tetapi, begitu beliau berhubungan dengan orang-orang, demi mematuhi perintah Rasul dan mengikuti Sunnahnya, ia pun menikahi empat wanita, semuanya saleh dan taat kepadanya. Ia mempunyai empat puluh sembilan anak – dua puluh putra, dan yang lainnya putri.
Empat putranya yang termasyhur akan kecendekian dan kepakarannya, al:
Syaikh Abdul Wahab, putera tertua adalah seorang alim besar, dan mengelola madrasah ayahnya pada tahun 543 H. Sesudah sang wali wafat, ia juga berkhutbah dan menyumbangkan buah pikirannya, berkenaan dengan masalah-masalah syariat Islam. Ia juga memimpin sebuah kantor negara, dan demikian termasyhur.
Syaikh Isa, ia adalah seorang guru hadits dan seorang hakim besar. Dikenal juga sebagai seorang penyair. Ia adalah seorang khatib yang baik, dan juga Sufi. Ia mukim di Mesir, hingga akhir hayatnya.
Syaikh Abdul Razaq. Ia adalah seorang alim, sekaligus penghafal hadits. Sebagaimana ayahnya, ia terkenal taqwa. Ia mewarisi beberapa kecenderungan spiritual ayahnya, dan sedemikian masyhur di Baghdad, sebagaimana ayahnya.
Syaikh Musa. Ia adalah seorang alim terkenal. Ia hijrah ke Damaskus, hingga wafat.
Tujuh puluh delapan wacana sang wali sampai kepada kita melalui Syaikh Isa. Dua wacana terakhir, yang memaparkan saat-saat terakhir sang wali, diriwayatkan oleh Syaikh Wahab. Syaikh Musa termaktub pada wacana ke tujuh puluh sembilan dan delapan puluh. Pada dua wacana terakhir nanti disebutkan, pembuatnya adalah Syaikh Abdul Razaq dan Syaikh Abdul Aziz, dua putra sang wali, dengan diimlakkan oleh sang wali pada saat-saat terakhirnya.
KESEHARIANNYA
Sebagaimana telah kita saksikan, sang wali bertabligh tiga kali dalam seminggu. Di samping bertabligh setiap hari, pada pagi dan malam hari, ia mengajar tentang Tafsir Al Qur’an, Hadits, Ushul Fiqih, dan mata pelajaran lain. Sesudah Dhuhur, ia memberikan fatwa atas masalah-masalah hukum, yang diajukan kepadanya dari segenap penjuru dunia. Sore hari, sebelum sholat Maghrib, ia membagi-bagikan roti kepada fakir miskin. Sesudah sholat Maghrib, ia selalu makan malam, karena ia berpuasa sepanjang tahun. Sebalum berbuka, ia menyilakan orang-orang yang butuh makanan di antara tetangga-tetangganya, untuk makan malam bersama. Sesudah sholat Isya’, sebagaimana kebiasaan para wali, ia mengaso di kamarnya, dan melakukan sebagian besar waktu malamnya dengan beribadah kepada Allah – suatu amalan yang dianjurkan Qur’an Suci. Sebagai pengikut sejati Nabi, ia curahkan seluruh waktunya di siang hari, untuk mengabdi ummat manusia, dan sebagian besar waktu malam dihabiskan untuk mengabdi Penciptanya.
Pengaruh dan Karya
Waktunya banyak diisi dengan meengajar dan bertausyiah. Hal ini membuat Syekh tidak memiliki cukup waktu untuk menulis dan mengarang. Bahkan, bisa jadi beliau tidak begitu tertarik di bidang ini. Pada tiap disiplin ilmu, karya-karya Islam sudah tidak bisa dihitung lagi. Bahkan, sepertinya perpustakaan tidak butuh lagi diisi buku baru. Yang dibutuhkan masyarakat justru saran seorang yang bisa meluruskan yang bengkok dan membenahi kesalahan masyarakat saat itu. Inilah yang memanggil suara hati Syekh. Ini pula yang menjelaskan pada kita mengapa tidak banyak karya yang ditulis Syekh.
Memang ada banyak buku dan artikel yang diklaim sebagai tulisannya. Namun, yang disepakati sebagai karya syekh hanya ada tiga:
1.Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq merupakan karyanya yang mengingatkan kita dengan karya monumental al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din. Karya ini jelas sekali terpengaruh, baik tema maupun gaya bahasanya, dengan karya al-Ghazali itu. Ini terlihat dengan penggabungan fikih, akhlak, dan prinsip suluk. Ia memulai dengan membincangkan aspek ibadah, dilanjutkan dengan etika Islam, etika doa, keistimewaan hari dan bulan tertentu. Ia kemudian membincangkan juga anjuran beribadah sunah, lalu etika seorang pelajar, tawakal, dan akhlak yang baik.
2.Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani merupakan bentuk tertulis (transkripsi) dari kumpulan tausiah yang pernah disampaikan Syekh. Tiap satu pertemuan menjadi satu tema. Semua pertemuan yang dibukukan ada 62 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada 3 Syawal 545 H. Pertemuan terakhir pada hari Jumat, awal Rajab 546 H. Jumlah halamannya mencapai 90 halaman. Format buku ini mirip dengan format pengajian Syekh dalam berbagai majelisnya. Sebagiannya bahkan berisi jawaban atas persoalan yang muncul pada forum pengajian itu.
3.Futuh al-Ghayb merupakan kompilasi dari 78 artikel yang ditulis Syekh berkaitan dengan suluk, akhlak, dan yang lain. Tema dan gaya bahasanya sama dengan al-Fath al-Rabbani. Keseluruhan halamannya mencapai 212 halaman. Buku ini sendiri sebetulnya hanya 129 halaman. Sisa halamannya diisi dengan himpunan senandung pujian yang dinisbatkan pada Syekh. Ibn Taymiyah juga memuji buku ini.
Kesaksian Ulama
Syekh Junaid al-Baghdadi, hidup 200 tahun sebelum kelahiran Syekh Abdul Qadir. Namun, pada saat itu ia telah meramalkan akan kedatangan Syekh Abdul Qadir Jailani. Suatu ketika Syekh Junaid al-Baghdadi sedang bertafakur, tiba-tiba dalam keadaan antara sadar dan tidak, ia berkata, “Kakinya ada di atas pundakku! Kakinya ada di atas pundakku!”
Setelah ia tenang kembali, murid-muridnya menanyakan apa maksud ucapan beliau itu. Kata Syekh Junaid al-Baghdadi, “Aku diberitahukan bahwa kelak akan lahir seorang wali besar, namanya adalah Abdul Qadir yang bergelar Muhyiddin. Dan pada saatnya kelak, atas kehendak Allah, ia akan mengatakan, ‘Kakiku ada di atas pundak para Wali.”
Syekh Abu Bakar ibn Hawara, juga hidup sebelum masa Syekh Abdul Qadir. Ia adalah salah seorang ulama terkemuka di Baghdad. Konon, saat ia sedang mengajar di majelisnya, ia berkata:
“Ada 8 pilar agama (autad) di Irak, mereka itu adalah; 1) Syekh Ma’ruf al Karkhi, 2) Imam Ahmad ibn Hanbal, 3) Syekh Bisri al Hafi, 4) Syekh Mansur ibn Amar, 5) Syekh Junaid al-Baghdadi, 6) Syekh Siri as-Saqoti, 7) Syekh Abdullah at-Tustari, dan 8) Syekh Abdul Qadir Jailani.”
Ketika mendengar hal itu, seorang muridnya yang bernama Syekh Muhammad ash-Shanbaki bertanya, “Kami telah mendengar ke tujuh nama itu, tapi yang ke delapan kami belum mendengarnya. Siapakah Syekh Abdul Qadir Jailani?”
Maka Syekh Abu Bakar pun menjawab, “Abdul Qadir adalah shalihin yang tidak terlahir di Arab, tetapi di Jaelan (Persia) dan akan menetap di Baghdad.”
Qutb al Irsyad Abdullah ibn Alawi al Haddad (1044-1132 H), dalam kitabnya Risalatul Mu’awanah menjelaskan tentang tawakkal, dan beliau memilih Syekh Abdul Qadir Jaylani sebagai suri-teladannya.
Seorang yang benar-benar tawakkal mempunyai 3 tanda. Pertama, ia tidak takut ataupun mengharapkan sesuatu kepada selain Allah. Kedua, hatinya tetap tenang dan bening, baik di saat ia membutuhkan sesuatu atau pun di saat kebutuhannnya itu telah terpenuhi. Ketiga, hatinya tak pernah terganggu meskipun dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun.
Suatu ketika beliau sedang berceramah di suatu majelis, tiba-tiba saja jatuh seekor ular berbisa yang sangat besar di atas tubuhnya sehingga membuat para hadirin menjadi panik. Ular itu membelit Syekh Abdul Qadir, lalu masuk ke lengan bajunya dan keluar lewat lengan baju yang lainnya. Sedangkan beliau tetap tenang dan tak gentar sedikit pun, bahkan beliau tak menghentikan ceramahnya. Ini membuktikan bahwa Syekh Abdul Qadir Jailani benar-benar seorang yang tawakkal dan memiliki karamah.
Ibnu Rajab juga berkata, “Syekh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu makrifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. “
Al-Dzahabi juga berkata, “Tidak ada seorangpun para ulama besar yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syekh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak di antara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi.”
Wafat
Syekh wafat setelah menderita sakit ringan dalam waktu tidak lama. Bahkan, ada yang mengatakan, Syekh sakit hanya sehari—semalam. Ia wafat pada malam Sabtu, 10 Rabiul Awal 561 H. Saat itu usianya sudah menginjak 90 tahun. Sepanjang usianya dihabiskan untuk berbuat baik, mengajar, dan bertausiah.
Konon, ketika hendak menemui ajal, putranya yang bernama ‘Abdul Wahhab memintanya untuk berwasiat. Berikut isi wasiat itu:
“Bertakwalah kepada Allah. Taati Tuhanmu. Jangan takut dan jangan berharap pada selain Allah. Serahkan semua kebutuhanmu pada Allah Azza wa Jalla. Cari semua yang kamu butuhkan pada Allah. Jangan terlalu percaya pada selain Allah. Bergantunglah hanya pada Allah. Bertauhidlah! Bertauhidlah! Bertauhidlah! Semua itu ada pada tauhid.”
Demikian manaqib ini kami tulis, semoga membawa barokah, manfa,at, dan Ridho allah swt, syafa’at Rosululloh serta karomah Auliyaillah khushushon Syekh Abdul Qodir Jailani selalu terlimpahkan kepada kita, keluarga dan anak turun kita semua Dunia – Akhirat. Amien
Diambil dari berbagai sumber
*) Musyahadah : penyaksian langsung. Yang dimaksud ialah penyaksian akan segala kekuasaan dan keadilan Allah melalui mata hati.
**) Nadzir : pembawa ancaman atau pemberi peringatan. Salah satu tugas terpenting seorang Rasul adalah membawa beita, baik berita gembira maupun ancaman.
Dan di tambah dari sumber lain

Minggu, 26 Agustus 2018

Karomah Syeh Abdul Qodir Al Jailani

KAROMAH SYEH ABDUL QODIR AL JAILANI

Hari puasa, bulan Ramadhan. Suatu hari suntuk, bayi itu tidak mau menetek, tapi anehnya waktu berbuka, bayi itu menangis minta menete. Benar setelah diberinya susu oleh ibunya, ia terus mengisap.

Itulah Abdul qodir Jaelany, waktu masih bayi, sebulan suntuk dalam bulan Ramadhan, ia tidak mau menete waktu siangnya, ia baru mau menete bersamaan dengan para sha’imin berbuka.

Sejak bayi Abdul qodir jaelany sudah hidup dalam ibadah. Begitulah sampai ia dewasa, ia menyingkiri masyarakat ramai, pergi memncil di gurun sahara, untuk mencari Tuhannya, mencari kehidupan rohani, mencari pancaran2 Nur Illahy.

Dua puluh lima tahun lamanya, ia hidup berkelana dengan beribadat, tidak mengenal masyarakat dan tidak dikenal oleh masyarakat. Dalam pada itu ia bertemu dengan Nabi Chidir dan berkenalan dengan beliau. Lama Abdul Qodir Jaelany berkenalan dengan Nabi Chidir, tetapi ia tidak tahu. Bahwa temannya itu, adalah Nabi Chidir.

Achirnya setelah cukup amalnya dan telah banyak peroleh Ilham, baru abdulqodir Jaelany tahu, bahwa temannya itu adalah Nabi Chidir, setelah beliau mengucapkan selamat

berpisah ; Hari ini kita berpisah, untuk menjadi teman selanjutnya, cukuplah kau punya hati dengan Ilham dari Tuhan, dan kini Tuhan telah memperkenankan engkau untuk kembali kepada Masyarakat.

Demikianlah Abdulqodir Jaelany kembali kebaghdad, untuk memberikan tuntunan dan bingbingan kepada masyarakat.

Waktu siang ia mengajar. Waktu malam ia beribadah, sembahyang dan berdzikir, sampai sepertiga malam. Pada waktu itu, demikian kata Al Hury menceritakan Abdulqodir Jaelany diwaktu malam, ketika saya bertemu kerumahnya, ku lihat badannya menjadi kecil dan semakin kecil, lalu kembali jadi besar dan semakin besar, achirnya naik menghubung keudara, sampai lenyap dari pandanganku.

Seterusnya kata Hury ; pada waktu sepertiga malam yang kedua ( tengah malam ) dia sembahyang, membaca Qur’an, lama ia sujud, lalu duduk dan bertekun, ia berdo’a dan berdzikir. Dalam pada itu kulihat dia sudah diliputi oleh Nur cahaya Rabbany, dan ……………….. ia lenyap dalam Nur itu.

Praktek Tashauf, kata Abdulqadir Jaelany, bukan barang yang gampang dan enteng, tapi itu adalah amal para alim dan para Nabi. Tashauf adalah jalan menuju Hakekat, hanya orang2 besar yang mendapat ilhalah yang dapat menempuh jalan itu. Tashauf adalah suatu bidang yang penuh cobaan dan ujian, orang tidak bisa tahan, kecuali mereka orang2 kuat dan ada bakat, mereka para rohaniawan ( Ahli kerohanian ). Tashauf adalah kenaikan jiwa membungbung keatas langit, tidak akan sampai kesana, hanya garuda2 yang besar dan kuat sayapnya.
http://tamanbimapermai.blogspot.com/2010/04/ibrahim-bin-adam.html

Safinatun Naja

SAFINATUN NAJAH



متن سفينة النجاه \ سلم سفينة
تألف
الفاضل الشيخ سالم بن الشيخ سمير الحضرمى
على مذهب الامام الشافعى
رحمه الله تعالى
آمين
للمدرسة الاسلامية السلفية
رياضة العقول
بالمعهد الإسلامى السلفى دار الصفا
عادى ماجا كديرى
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين وصلى الله على سيدنا محمد خاتم النبيين واله وصحبه اجمعين ولا حول ولا قوة الا باالله العليى العظيم (فصل) اركان الاسلام خمسة شهادة ان لا اله الاالله وان محمدا رسول الله واقام الصلاة وايتاء الزكاة وصوم رمضان وحج البيت من استطاع اليه سبيلا (فصل) اركان الايمان ستة ان تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الاخر والقدر خيره وشره من الله تعالى (فصل) ومعنى لا اله الاالله لا معبود بحق فى الوجود الا الله (فصل)  علامات البلوغ ثلاث تمام خمس عشرة سنة فى الذكر والانثى والاحتلام فى الذكر والانثى لتسع سنين والحيض فى الانثى لتسع سنين (فصل) شروط اجزاء الحجر ثمانية ان يكون بثلاثة احجار وان ينقى المحل وان لايجف النجس ولاينتقل ولايطرأ عليه آخر ولايجاوز صفحته وحشفته ويصيبه ماء وان تكون الاحجارطاهرة (فصل) فروض الوضوء ستة الاول النية الثانى غسل الوجه الثالث غسل اليدين مع المرفقين الرابع مسح شيئ من الرأس الخامس غسل الرجلين مع الكعبين السادس الترتيب (فصل) النية قصد الشيئ مقترنا بفعله ومحلها القلب والتلفظ بها سنة ووقتها عند غسل اول جزء من الوجه والترتيب ان لايقدم عضوا على عضو (فصل) الماء قليل وكثير القليل مادون القلتين والكثير قلتان فاكثر القليل يتنجس بوقوع النجاسة فيه وان لم يتغير والماء الكثير لايتنجس الا اذا تغير طعمه او لونه اوريحه (فصل) موجبات الغسل ستة ايلاج الحشفة فى الفرج وخروج المنى والحيض والنفاس والولادة والموت (فصل) فروض الغسل اثنان النية وتعميم البدن بالماء (فصل) شروط الوضوء عشرة الاسلام والتمييز والنقاء عن الحيض والنفاس وعما يمنع وصول الماء الى البشرة وان لايكون على العضو مايغير الماء والعلم بفرضيته وان لايعتقد فرضا من فروضه سنة والماء الطهور ودخول الوقت والموالاة لدائم الحدث (فصل) نواقض الوضوء اربعة اشياء الاول الخارج من احد السبيلين من قبل او دبر ريح او غيره الا المنى الثانى زوال العقل بنوم او غيره الا نوم قاعد ممكن مقعده من الارض الثالث التقاء بشرتى رجل وامرأة كبيرين اجنبيين من غير حائل الرابع مس قبل الادمى او حلقة دبره ببطن الراحة او بطون الاصابع (فصل) من انتقض وضوؤه حرم عليه اربعة اشياء الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله ويحرم على الجنب ستة اشياء الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث فى المسجد وقراءة القرآن ويحرم بالحيض عشرة اشياء الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله واللبث فى المسجد وقراءة القرآن والصوم والطلاق والمرور فى المسجد ان خافت تلويثه والاستمتاع بما بين السرة والركبة (فصل) اسباب التيمم ثلاثة فقد الماء والمرض والاحتياج اليه لعطش حيوان محترم غير المحترم ستة تارك الصلاة والزانى المحصن والمرتد والكافر الحربى والكلب العقور والخنزير (فصل) شروط التيمم عشرة ان يكون بتراب وان يكون التراب طاهرا وان لا يكون مستعملا وان لا يخالطه دقيق ونحوه وان يقصده وان يمسح وجهه ويديه بضربتين وان يزيل النجاسة اولا وان يجتهد فى القبلة وان يكون التيمم لكل فرض (فصل) فروض التيمم خمسة الاول نقل التراب الثانى النية الثالث مسح الوجه الرابع مسح اليدين الى المرفقين الخامس الترتيب بين المسحتين (فصل) مبطلات التيمم ثلاثة ماابطل الوضوء والردة وتوهم الماء ان تثمم لفقده (فصل) الذى يطهر من النجاسات ثلاث الخمر اذا تخللت بنفسها وجلد الميتة اذا دبغ وماصار حيوانا (فصل) النجاسات ثلاث مغلظة ومخففة ومتوسطة المغلظة نجاسة الكلب والخنزير وفرع احدهما والمخففة بول الصبى الذى لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين والمتوسطة سائر النجاسات (فصل) المغلظة تطهر بسبع غسلات بعد ازالة عينها اجداهن بتراب والمخففة تطهر برش الماء عليها مع الغلبة وازال عينها والمتوسطة تنقسم على قسمين عينية وحكمية والعينية التى لها لون وريح وطعم فلابد من ازالة لونها وريحها وطعمها والحكمية التى لالون ولاريح ولاطعم يكفيك جرئ الماء عليها (فصل) اقل الحيض يوم وليلة وغالبه ست اوسبع واكثره خمسة عشريوما بليالها اقل الطهر بين الحيضتين خمسة عشر يوما وغالبه اربعة وعشرون يوما او ثلاثة وعشرون يوما ولاحد لاكثره اقل النفاس مجة وغالبه اربعون يوما واكثره ستون يوما (فصل) اعذار الصلاة اثنان النوم والنسيان (فصل) شروط الصلاة ثمانية طهارة الحدثين والطهارة عن النجاسة فى الثوب والبدن والمكان وستر العورة واستقبال القبلة ودخول الوقت والعلم بفرضيتها وان لايعتقد فرضا من فروضها سنة واجتناب المبطلات الاحداث اثنان اصغر واكبر فالاصغر مااوجب الوضوء والاكبر مااوجب الغسل العورات اربع عورة الرجل مطلقا والامة فى الصلاة مابين السرة والركبة وعورة الحرة فى الصلاة جميع بدنها ماسوى الوجه والكفين وعورة الحرة والامة عند الاجانب جميع البدن وعند محارمهما والنساء ما بين السرة والركبة (فصل) اركان الصلاة سبعة عشر الاول النية الثانى تكبيرة الاحرام الثالث القيام على القادر فى الفرض الرابع قراءة الفاتحة الخامس الركوع السادس الطمأنينة فيه السابع الاعتدال الثامن الطمأنينة فيه التاسع السجود مرتين العاشر الطمأنينة فيه الحادى عشر الجلوس بين السجدتين الثانى عشر الطمأنينة فيه الثالث عشر التشهد الاخير الرابع عشر القعود فيه الخامس عشر الصلاة على النبى صلى الله عليه وسلم فيه السادس عشر السلام السابع عشر الترتيب (فصل) النية ثلاث درجات ان كانت الصلاة فرضا وجب قصد الفعل والتعيين والفرضية وان كانت نافلة مؤقتة كراتبة اوذات سبب وجب قصد الفعل والتعيين وان كانت نافلة مطلقة وجب قصد الفعل فقط الفعل اصلى والتعيين ظهرا او عصرا والفرضية فرضا (فصل) شروط تكبيرة الاحرام ستة عشر ان تقع حالة القيام فى الفرض وانتكون بالعربية وان تكون بلفظ الجلالة وبلفظ اكبر والترتيب بين اللفظين وان لايمد همزة الجلالة وعدم مد باء اكبر وان لايشدد الباء وان لايزيد واوا ساكنة اومتحركة بين الكليمتي التكبير وقفة طويلة ولاقصيرة وان يسمع نفسه جميع حروفها ودخول الوقت فى المؤقت وايقعها حال الاستقبال وان لايخل بحرف من حروفها وتأخيرتكبيرة الاحرام وعند الركوع وعند الاعتدال وعند القيام من التشهد الاول (فصل) شروط السجود سبعة ان يسجد على سبعة اعضاء وان تكون جبهته مكشوفة والتحامل رأسه وعدم الهوى لغيره وان لايسجد على شيئ يتحرك بحركته وارتفاع اسافله على اعاليه والطمأنينة فيه (ختيمة) اعضاء السجود سبعة الجبهة وبطون الكفين والركبتان وبطون اصابع الرجلين (فصل) تشديدات التشهد احدى عشرون خمس فى اكمله وستة عشر فى اقله التحيات على التاء والياء المباركات الصلوات على الصاد الطيبات على الطاء والياء لله على لام الجلالة السلام على السين عليك ايها النبى على الياء والنون والياء ورحمة الله على لام الجلالة وبركاته السلام على السين علينا وعلى عباد الله على لام الجلالة الصالحين على الصاد اشهد ان لااله على لام الف الا الله على لام الف ولام الجلالة واشهد ان على النون محمدا رسول الله على ميم محمد وعلى الراء وعلى لام الجلالة (فصل) تشديدات اقل الصلاة على النبى اربع اللهم على اللام والميم صل على اللام على محمد على الميم (فصل) اقل السلام السلام عليكم تشديد السلام على السين (فصل) اوقات الصلاة خمس اول وقت الظهر زوال الشمس وآخره مصير ظل الشيء مثله غير ظل الاستواء واول وقت العصر اذا صارظل كل شيئ مثله وزاد قليلا وآخره غروب الشمس واول وقت المغرب غروب الشمس واخره غروب الشفق الاحمر واول وقت العشاء غروب الشفق الاحمر وآخره طلوع الفجر الصادق واول وقت الصبح طلوع الفجر الصادق واخره طلوع الشمس الاشفاق ثلاثة احمر واصفر وابيض الاحمر مغرب والاصفر والابيض عشاء ويندب تأخيرصلاة العشاء الى يغيب الشفق الاصفر والابيض (فصل) تحرم الصلاة التى ليس لها سبب متقدم ولا مقارن فى خمسة اوقات عند طلوع الشمس حتى ترتفع قدررع وعند الاستواء فى غير يوم الجمعة حتى تزول وعند الصفرار حتى تغرب وبعد صلاة الصبح حتى تطلع الشمس وبعد صلاة العصر حتى تغرب (فصل) سكتات الصلاة ستة بين تكبيرة الاحرام ودعاء الافتتاح وبين دعاء الافتتاح والتعوذ وبين الفاتحة والتعوذ وبين آخر الفاتحة وآمين وبين آمين والسورة وبين السورة والركوع (فصل) الاركان التى تلزم فيها الطمأنينة اربعة الركوع والاعتدال والسجود والجلوس بين السجدتين الطمأنينة هى سكون بعد حركة بحيث يستقركل عضو محلة بقدر سبحان الله (فصل) اسباب سجود السهو اربعة الاول ترك بعض من ابعاض الصلاة او بعض البعض الثانى فعل مايبطل عمده ولايبطل سهوه اذا فعله ناسيا الثالث نقل ركن قولى الى غير محله الرابع ايقاع ركن فعلى مع احتمال الزيادة (فصل) ابعاض الصلاة سبعة التشهد الاول وقعوده والصلاة على النبى صلى الله عليه وسلم  فيه والصلاة على الآل فى التشهد الاخر والقنوت والصلاة والسلام على النبى صلى الله عليه وسلم واله وصحبه فيه (فصل) تبطل الصلاة باربع عشرة خصلة باحدث وبوكوع النجاسة ان لم تلق خالا من غير حمل وانكشاف العورة ان لم تستر حالا والنطق بحرفين اوبحرف مفهم عمدا وبالمفطرعمدا والاكل الكثير ياسيا وثلاث حركات متواليات ولو سهوا والوثبة الفاحشة والضربة المفرطة وزيادة ركن فعلى عمدا والتقدم على امامه بركنين فعليين والتخلف بهما بغير عذر ونية قطع الصلاة وتعليق قطعها بشيئ والتردد فى قطعها (فصل) الذى يلزم فيه نية الامامة اربع الجمعة والمعادة والمنذورة جماعة والمتقدمة فى المطر (فصل) شروط القدوة احد عشر ان لايعلم بطلان صلاة امامه بحدث اوغيره وان لايعتقد وجوب قصائهاعليه وان لايكون مأموما ولااميا وان لايتقدم عليه فى الموقف وان لايعلم انتقالات امامه وان يجتمعا فى مسجد اوفى ثلاثمائة ذراع تقريبا وان ينوى القدوة او الجماعة وان يتوافقا نظم صلاتهما وان لايخالفه فى سنة فاحشة المخالفة وان يتابعه (فصل) صور القدوة تسع تصح فى خمس قدوة رجل برجل وقدوة امرأة برجل وقدوة خنثى برجل وقدوة امرأة بخيثى وقدوة امرأة بامرأة وتبطل فى اربع قدوة رجل بامرأة وقدوة رجل بخنثى وقدوة خنثى بامرأة وقدوة خنثى بخنثى (فصل) شروط جمع التقديم اربعة البداءة بالاولى ونية الجمع فيها والموالاة بينهما ودوام العذر (فصل) شروط جمع التأخير اثنان نية التأخير وقدبقى من وقت الاولى مايسعها ودوام العذر الى تمام الثانية (فصل) شروط القصر سبعة ان يكون سفره مرحلتين وان يكون مباحا والعلم بجواز القصر ونية القصر عند الاحرام وان تكون الصلاة رباعية ودوام السفر الى تمامهاوان لايقتدى بمتم فى جزء من صلاته (فصل) شروط الجمعة ستة ان تكون كلها فى وقت الظهر وان تقام فى خطة البلد وان تصلى جماعة وان تكونوا اربعين احرارا ذكورا بالغين مستوطنين وان لايسبقها ولاتقارنها جمعة فى تلك البلد وان يتقدمها خطبتان (فصل) اركان الخطبتين خمسة حمد الله فيهما والصلاة على النبى صلى الله عليه وسلم فيهما والوصية بالتقوى فيهما وقراءة آية من القرآن فى احداهما والدعاء للمؤمنين والمؤمنات فى الاخيرة (فصل) شروط الخطبتين عشرة الطهارة عن الحدثين الاصغر والاكبر والطهارة عن النجاسة فى الثوب والبدن والمكان وستر العورة والقيام على القادر والجلوس بينهما فوق طمأنينة الصلاة والموالاة بينهما وبين الصلاة وان تكون بالعربية وان يسمعهما اربعين وان تكون كلها فى وقت الظهر (فصل) الذى يلزم للميت اربع خصال غسله وتكفينه والصلاة عليه ودفنه (فصل) اقل الغسل تعميم بدنه بالماء واكمله ان يغسل سوأتيه وان يزيل القذرمن انفه وان يوضئه وان يدلك بدنه بالسدر وان يصب الماء عليه ثلاثا (فصل) اقل الكفن ثوب يعمه واكمله للرجل ثلاث لفائف وللمرأة قميص وخمار وازار ولفافتان (فصل) اركان الصلاة الجنازة سبعة الاول النية والثانى اربع تكبيرات الثالث القيام على القادر الرابع قراءة الفاتحة الخامس الصلاة على النبى صلى الله عليه وسلم بعد الثانية السادس الدعاء للميت بعد الثالثة السابع السلام (فصل) اقل الدفن حفرة تكتم رائحته وتحرسه من السباع واكمله قامة وبسطة ويوضع خده على التراب ويجب توجيهه الى القبلة (فصل) ينبش الميت لاربع خصال للغسل اذا لم يتغير ولتوجيهه الى القبلة وللمال اذا دفن معه وللمرأة اذا دفن جنينها معها وامكنت حياته (فصل) الاستعانات اربع خصال مباحة وخلاف الاولى ومكروهة وواجبة فالمباحة هى تقريب الماء وخلاف الاولى هى صب الماء على نحو المتوضئ والمكروهة هى لمن يغسل اعضاءه والواجبة هى للمريض عند العجز (فصل) الاموال التى تلزم فيها الزكاة ستة انواع النعم والنقدان والمعثرات واموال التجارة واجبها ربع عشرقيمة عروض التجارة والركاز والمعدن.

Taisirul Khollaq

TAISIRUL KHOLLAQ



بسم الله الرحمن الرحيم
مقدمة
الحمد لله الكريم الخلاق, والصلاة والسلامة على سيدنا محمد المبعوث لتتميم مكارم الاخلاق, وعلى اله واصحابه ماجرى قلم التلخيص والبيان على صفحات الاوراق. اما بعد : فهذه مختصر فى علم الاخلاق الدينية, وضعته لطلاب السنة الاولى الازهرية. وسميته تيسير الخلاق فى علم الاخلاق, فقلت وبالله العصمة, وبيده اتمام النعمة. علم الاخلاق : عبارة عن قواعد يعرف بها صلاح القلب وسائر الحواس. وموضوعه : الاخلاق من حيث التحلى بمحاسنها والتخلى عن عن قبائحها وثمرته صلاح القلب وسائر الجواس فى الدنيا, والفوز بأعلى المراتب فى الآخرة.
التقوى
هى امتثال اوامر الله عز وجل, واجتناب نواهيه سرا وعلانية, فلا تتم الا بالتخل عن كل رذيلة, والتحلى بكل فضيلة, فهى الطريق الذى من سلكه اهتدى والعروة الوثقى التى من استمسك بها نجا واسبابها كثيرة منها : ان يلاحظ الانسان انه عبد ذليل, وان ربه قوى عزيز. ولا ينبغى للذليل ان يعصى العزيز لان ناصيته بيده ومنها : ان يتذكر احسان الله اليه فى جميع الاحوال ومن كان كذالك لا ينبغى ان تجحد نعمته, ومنها ان يتذكرالموت لان من علم انه سيموت وانه ليس امامه الا الجنة او النار بعثه ذلك الى الاعمال الصالحة حسب الاستطاعة. ومن الاعمال الصالحة مساعدة المسلمين, والنظر اليهم بعين العطف والرحمة, خصوصا اذا سبق منهم احسان اليه. واما ثمرتها فسعادة الدارين. اما فى الدنيافارتفاع القدر, وجمال الصيت والذكر, واكتساب المودة من الناس, لان صاحب التقوى يعظمه الاصاغر ويهابه الاكابر, ويراه كل عاقل انه الاولى بالبر والاحسان واما فى الاخرة : فالنجاة من النار والفوز بدخول الجنة وكفى المتقين شرفا ان الله يقول فيهم (ان الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون).
تقوى ياايكو مانوت كابيه فرنتاه الله لن عدوهى كابيه لاراعان, انا اغ وقت سفى اتوا رامى. سباب2 كع كامفاعاكى علاكونى تقوى دى انترانى : عرتى يين اوائى اينا فعيرانى كع قوة اكوع. عيليع2 اوليهى اكاوى باكوس الله انا سكابيهى تعكاه. ايليع2 ماتى لن ساء ويسى ماتى ايكو اورا انا مانيه كجابا سواركا اتوا نراكا. لن نعالى كانطى راصا ولاص, لويه2 ناليكا ووع مسلم ماهو ويس اكاوى باكوس. انفون بواهى تقوى ايكو اوليه كابجان دنيا لن اخرة. نيع دنيانى دوور فاعكاتى, سجاراهى لن سبوتانى, عاصيلاكى كاتريسنان. ووع2 جيليئى عكوعاكى, ووع2 كدى فادا ودى لن ووع2 برعقل عاكونى كاوتمانى.
انا اع اخراتى : سلامة سكع نراكا. الله داووه (ستوهونى الله سرتانى ووع2 كع فادا تقوى لن ووع2 كع كاوى باكوس.
آداب المعلم
المعلم دليل التلميذ الى مايكون به كماله من العلوم والمعارف فيشترط ان يكون من ذوى الاوصاف المحمودة, لان روح التلميذ ضعيفة بالنسبة الى روحه, فاذا اتصف المعلم باوصاف الكمال كان التلميذ الموفق كذالك. فاذان لابدان يكون تقيا متواضعا لين الجانب لتميل القلوب فتستفيد منه. وان يكون حليما وقورا لتقتدى به, وان يكون ذا رحمة للتلاميذ, شفيقا عليهم, لتعظم رغبتهم فيما يلقيه اليهم, وان ينصحهم, ويؤدبهم فيحسن تأديبهم, وان لايكلفهم من المعانى ماتقصر عنه ادركاتهم.
آداب المتعلم
للمتعلم اداب فى نفسه, واداب مع استاذه, واداب مع اخوانه. اما ادابه فى نفسه فكثيرة : منها ترك العجب ومنها التواضع والصدق ليكون محبوبا موثوقابه. ومنها : ان يكون وقورا فى مشيته, غاضا طرفه عن النظر الى المحرمات, وان يكون امينا على اوتيه من العلم فلايجيب بغير مايعرف. واما ادابه مع استاذه فمنها : ان يعتقد ان فضله اكبر من فضل والديه عليه لانه يربى روحه, ومنها الخضوع امامه, والجلوس فى درسه بالادب وحسن الاصغاء الى مايقوله, ومنها ترك المزاح, وان لايمدح غيره من العلماء بحضرته مخافة ان يفهم استاذه انه يذمه, ومنها ان لايصده الحياء عنى السؤال عما لايعرف. واما ادابه مع اخوانه فمنها احترامهم وترك احتقار واحد منهم, وترك الاستعلاء عليهم, ومنها : ان لايسخرببطئ الفهم منهم وان لايفرح اذا وبخ الاستاذ بعض القاصرين. فان ذلك اسباب البغض والعداوة.
حقوق الوالدين
الوالدان هما السبب فى وجود الانسان, لولاعناؤهما مااستراح ولولا سقاؤهما ماتنعما. اما امه فحملته كرها واما ابوه فقد بذل وسعه فيما يعود اليه بالنفع من تربية جسمه وروحه. فيجب عليه ان يذكر نعمتهما ليشكرهماعليها, وان يمتثل امرهما الا اذا كان بمعصية, وان يجلس معهما خاشعا غاضا طرفه عن زلتهما, وان لايؤذيهما, ولوبقول اف, وان لايطيل جدالهما, وان لايمشى امامهما الا فى خذمتهما, وان يدعولهما بالرحمة والمغفرة, وان يأمرهما بالمعروف وينهاهما عن المنكر ليكون سببا فى نجاتهما من النار كما كانا سببا فى وجوده. قال الله تعلى : وقضى ربك ان لاتعبد الا اياه وبالوالدين احسانا اما يبلغن عندك الكبر احد هما او كلاهما فلا تقل لهما اف ولاتنهرهما وقل لهما قولا كريما, واخفض لهما جناحا الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما كما ربيانى صغيرا. هذا وليخص الام بزيادة البر لقول النبى صلى الله عليه وسلم : بر الوالدة على الوالد ضعفان.
حقوق القرابة
اقارب الانسان هم ذورحمه. وقد امرالله بوصل الرحم ونهى عن قطعها. قال النبى صلى الله عليه وسلم : يقول الله : اناالرحمن وهذه الرحم اشتققت لها اسما من اسمى فمن وصلها وصلته ومن قطعها قطعته. فلهذا ينبغى للانسان مراعاة حقوقهما والقيام بها فلايؤذى احدا منهم بفعل اوقول, وانيبواضع لهم, وانيتحمل اذاهم, ولوتطاولوا عليه وان يسأل عمن يغيب منهم, وان يساعدهم فى الحصول على مآربهم اذا قدر. وان يمنع عنهم الضرر متى امكن وان كانوا غير محتاجين الى شيئ من ذلك فعليه ان يبعهدهم بالزيادة.
حقوق الجيران
الجار من جاورت داره دارك الى اربعين دارا من كل جانب وله عليك حقوق, منها ان تبدأ بالسلام, وان تصنع معه المعروف, وان تكافئه على معروفه اذا بدأك به, وان تؤدي ماله عليك من الحقوق المالية, وان تعوده اذا مرض, وتهنئه اذا فرح, وتعزيه اذا اصيب. وان لا تتعمد النظر الى نسائه ولو كن خدما له, وان تستر عورته, وان ترد عنه المكروه بقدرما تستطيع, وان تقابله بالبشاشة والإحترام. قال النبى صلى الله عليه وسلم من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم جاره. وعن عائشة رضى الله عنها عن النبى صلى الله عليه وسلم قال: مازال جبريل يوصينى بالجار حتى ظننت انه سيورثه.
اداب المعاشرة
ادابها كثيرة منها : طلاقة الوجه ولين الجانب, والاصغاء الى حديث العشير, والوقار بلا كبر, والسكوت عند الهزل, والصفح عند الزلل, والمواساة, وترك الافتخار بالجاه والغانى, فان ذلك موجب للسقوط من اعين الناس, ومنها : كتمان السر, لانه لاقيمة لمن لا يكتم الاسرار. قال الشاعر : اذا المرء لم يحفظ ثلاثا فبعه ولو بكف من رماد.
وفاء للصديق وبذل مال # وكتمان السرائر فى الفوأد.
الالفة
هى الاستئناس بالناس والفرح بلقائهم, واسبابها خمسة اولها الدين, لان كمال الايمان يوجب العطف وثانيها النسب لان الانسان يحنو على اقاربه, ويبودد اليهم, ويكف الاذى عنهم كما قال النبى صلى الله عليه وسلم : ان الرحم اذا عماست تعاطفت. وثالثها المصاهرة, لان الانسان اذا احب عرسه احب كل من ينتمى اليها. قال خالد بن يزيد بن معاوية : كان ابغض خلق الله الا آل الزبيرحتى تزوجت منها فصاروا احب خلق الله الى. ورابعها البر وهو الاحسان الى الناس. قال الشاعر :
احسن الى الناس تستعبد قلوبهما # فطالما استعبد الانسان احسان
وخامسها الاخاء, كما اخى رسول الله صلى الله عليه وسلم بين المهاجرين والانصار, لتقوى رابطتهم وتزيد الفتهم. واما فضل الالفة فالافادة والاستفادة, والتعاون على البر والتقوى, وبذلك تستقيم الاحوال وتعتدل الامور. قال الله تعالى : واعتصموا بحبل لله جميعا ولا تفرقوا.
الاخاء
هو رابطة بين الشخصين تحقق بينهما المودة, فيطلب من كل منهما لآخر المواساة بالمال, والاعانة بالنفس, والعفو عن الزلات, والاخلاص, والوفاء, والتحفيف عليه وترك التكلف له, والسكوت عما يؤذى, والتكلم بما يرضاه الشرع, ويقبله الدين, فيأمره بالمعروف وينهاه عن المنكر, ويدعوله بحسن الحال, ودوام الاستقامة, واما فضل الاخاء فكبير, لانه يبعث على التخلق بمحاسن الاخلاق ويؤلف بين القلوب, وبه يكون اصلاح ذات الين الذى جعله الله من ثمرات التقوى فقال : فاتقوا الله واصلحوا ذات بينكم.
آداب المجالس
على من يأتى المجالس ان يبدأ الحاضرين بالسلام, وان يجلس حيث انتهى به المجلس, وان يعرض عن اقوال العامة الخالية عن الفائدة, وان يغير المنكر بيده, فان لم يستطع فبلسانه, فان لم يستطع فبقلبه, وليقم من المجلس ان لم تدع الى المقام بضرورة, وان لا يحتقر احدا من جلسائه ربما كان خيرا منه عند الله, وان لايعظم احدا لماله لان ذلك يضعف الدين ويسقط المروءة. وان كان فى الطريق فليغض طرفه, وليغث الملهوف, وليعن الضعيف, وليرشد الضال, وليرد بالسلام على من بدأه به, وليعط السائل, ولنكن فى جلسته وقورا, فان ذلك ادعى الى تعظيمه, والاعتناء لشأنه.
آداب الكل
اما الاداب التى قبله فهى غسل اليدين, ووضع الطعام على سفرة بالارض, والجلوس, ونية التقوى على العبادة, وترك الاكل مع الشبع, والرضا بالحاضرمن الطعام وترك ذمه, وطلب من يأكل معه, واما التى معه فهى البدء بالتسمية جهرا ليذكر غيره, والاكل باليمنى, وتصغير اللقمة, واجادة مضغها, وترك مديده الى غيرها قبل الفراغ منها, والاكل ممايليه الا فى الفاكهة, وان لاينفخ فى الطعام, وان لايقطعه بالسكين, وان لايمسح يده به وان لايجمع بين التمر والنوى فى اناء, وان لايشرب الماء الا عند الاحتياج اليه, واما التى بعده فهى القيام قبل الشبع وغسل اليدين بعد لعقهما والتقاط الفتات, وحمد الله.
آداب الشرب
ادابه كثيرة منها : تناول الاناء باليمن والنظر فيه قبل الشرب, والتسمية, والجلوس, ومص الماء لان عبه يضر الكبد. قال النبى صلى الله عليه وسلم : مصوا الماء مصا ولاتعبوه عبا. ومنها الشرب فى ثلاثة انفاس يسمى فى كل واحد يحمد فى اخره, ولايتنفس فى الاناء, ولا يتجشأ فيه. واذا شرب واراد ان يسقى غيره فليقدم من على يمينه على من بيساره ولو كان افضل, لان النبى صلى الله عليه وسلم سقى اعرابيا كان على يمينه قبل ابى بكر وعمر رضى الله عنهما, وقال : الايمن فالايمن.
آداب النوم
هى ان يتطهر من الحدث, وان ينام عىل جنبه الايمن مستقبل القبلة, وان يقصد بنومه راحة بدنه ليقوى على العبادة, وان يذكر الله تعالى عند نومه وبعد يقظته. وقد كان النبى صلى الله عليه وسلم اذا اخذ مضجعه من الليل وضع يده تحت خده ثم يقول : اللهم باسمك احيا واموت. واذا استيقظ قال : الحمد لله الذى احيانا بعد ما اماتنا واليه النشور.
آداب المسجد
المساجد بيوت الله, ومن علق قلبه بها اظله الله فى ظله يوم القيامة كما فى الحديث, فيطلب المشى اليها باشتياق مع السكينة والوقار, ودخولها باليمنى مع تنظيف نعليه خارجها, وقوله عند الدخول : اللهم افتح لى ابواب رحمتك واداء تحية المسجد, والتسليم ولو خلا المسجد من الناس لانه لايخلو من الجن والملائكة. والجلوس بنية التقرب ومراقبة الله تعالى. والاكثار من ذكره, وحبس النفس عن الشهوات, واجتناب الخصومة, وان لاينتقل من مكانه الا لحاجة, وان لاينشد ضالة, وان لايرفع صوته بحضرة المصلين, وان لايمر بين ايديهم, وان لايشتغل بصنعة, وان لايخوض فى كلام اهل الدنيا ليسلم من الوعيد الوارد فى قول النبى صلى الله عليه وسلم يأتى فى آخر الزمان ناس من امتى يأتون المساجد يقعدون فيها حلقا حلقا ذكرهم الدنيا وحب الدنيا لاتجالسوهم فليس لله بهم حاجة. فاذا اراد الخروج طلب منه البدء باليسرى وان يضعها على ظهر نعليه, ثم يلبس اليمنى اولا وليقل عند خروجه : اللهم انى اسألك من فضلك, قال النبى صلى الله عليه وسلم : قال الله تعالى : ان بيوتى فى ارضى المساجد وان زوارى فيها عمارها, فطوبى لعبد تطهر فى بيته ثم زارنى فى بيتى, فحق على المزور ان يكرم زائره. وعن انس رضى الله عنه : من اسرج فى مسجد سراجا لم تزل الملائكة وحملة العرش تستغفر له مادام فى ذلك المسجد ضوءه.
النظافة
اعلم ان نظافة البدن, والثوب والمكان مطلوبة شرعا فينبغى للانسان تنظف بدنه متعهدا شعر رأسه بالتسريح والدهن, واذنيه بالغسل والمسح, وفاه بالمضمضة والسواك, وانفه بالاستنشاق والاستنثار واظافره بغسل ماتحته. وقد كان النبى صلى الله عليه وسلم يدهن رأسه ويسرح شعره. وينبغى له ايضا تنظيف ثوبه بالماء وحده او مع الصابون ان احتاج الى ذلك, وكذلك ينبغى له تنظيف مكانه. وذلك لما فى النظافة من حفظ الصحة وذهاب الهموم, واقبال السرور, ورضا العشير, واظهار نعمة الله تعالى. وقال عز وجل : واما بنعمتك ربك فحدث.
الصدق والكذب
الصدق هو الاخبار بما يطابق الواقع. والكذب هو الاخبار بما لايطابقه. واسباب الصدق العقل والدين والمروءة, لان العقل يدرك منفعة الصدق ومضرة الكذب فلا يرضى صاحبه المضرة فيلتزم الصدق, ولان الدين يأمر بالصدق وينهى عن ضده, وكذلك صاحب المروءة لايرضى لنفسه الا الصدق, لانه يطلب التحلى بجميل الخصال, ولا جمال فى الكذب. وسبب الكذب ارادة جلب النفع وارادة دفع الضرر, لان الانسان قد يرى فى الكذب السلامة العاجلة فيأتيه, ويرى فى الصدق ضدها فلايأتيه. وضرر الكذب يعود الى صاحبه فيحتقر, وتضيع الثقة به ويسترذل فى الدنيا ويعاقب فى الاخرة, ويعود الى غير صاحبه, لان الكذب يعد غيره خيرا ثم يخلفه, فتنكسر نفسه لخيبة رجائه, ولانه يستسهل الغيبة والنميمة فيبعث الناس بسبب ذلك على التباغض والتخاصم وكفى الكذب مذمة قول الله عز وجل : انما يفترى الكذب الذين لايؤمنون بآيات الله. وقوله صلى الله عليه وسلم اذا كذب العبد كذبة تباعد عنه الملك ميلا من نتن ماجاءبه. وكفى الصدق ثناء قوله تعالى : يآيها الذين آمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين. وقول النبى صلى الله عليه وسلم : تحروا الصدق وان رايتم ان فيه الهلكة فان فيه النجاة.
الامانة
هى القيام بحقوق الله تعالى وحقوق عباده, فبها يكمل الدين, وتصان الاعراض, وتحفظ الاموال, لان القيام بحقوق الله عبارة عن فعل المعمورات, واجتناب المنهيات والقيام بحقوق عباده عبارة وعن رد الودائع, وترك التطفيف فى كيل, او وزن, او درع, وترك الانشاء الاسرار والعيوب, وان يختار لنفسه ماهو اصلح لها فى الدين والدنيا. قال الله تعالى : ان الله يأمركم ان تؤدوا الامانات الى اهلها. وقال النبى صلى الله عليه وسلم : لا ايمان لمن لاامانة له, ولادين لمن لاعهدله. وضد الامانة الخيانة, وهى مخالفة الحق بنقض العهد فى السر. ومضارها كثيرة منها : ان يوصف صاحبها بالغدر ونقص الدين, وانحطاط الهمة, ودناءة النفس, ومنها : اعراض الناس عنه لاساته اليهم وقطع يده لم يراع ماكلفه به. قال الله تعالى : يآايها الذين آمنوا لاتخونوا الله والرسول وتخونوا اماناتكم وانتم تعلمون.
العفة
هى صفة للنفس تكفها عن المحرمات ورذائل الشهوات, وهى من اشرف الخصال واسماها, وعليها يتفرع كثير من الفضائل, كالصبر, والقناعة, والسخاء, والمسالمة, والورع, والوقار, والرحمة, والحياء, فهى كنز من لا مال معه وتاج من لاشرف له. وسببها انقطاع الطمع وترك الحرص على كسب المال, والقناعة بما تدعوا اليه الضرورة قال الله تعالى : يحسبهم الجاهل اغنياء من التعفف. وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : طوبى لمن هدى للاسلام وكان عيشه كفافا وقنع به.
المروءة
هى صفة تدعوا الى التمسك بمكارم الاخلاق, ومحاسن العادات, وسببها علو الهمة, وشرف النفس فان من كان على الهمة شريف النفس كانت غايته احراز المعالى, وادراك الفضائل, وابتناء المكارم, وبذل الندى, وكف الاذى, وهى عنوان العفة, والنزاهة, والصيانة, ولذى لايرى صاحب المروءة الا تقيا بعيدا عن المطامع راضيا بما قسمه الله له غير ناظر الى ما فى ايدى الناس. ومما يدل على مدح المروءة قول النبى صلى الله عليه وسلم : ان الله يحب معالى الامور واشرفها.
الحلم
هو صفة تحمل صاحبها على ترك الانتقام ممن اغضبه مع قدرته على ذلك. وسببها : رحمة الجهال, او الترافع عن المشاتمة او الاستحياء من جزاء الجواب, او التفضل على المسئ, او رعاية نعمة سابقة, او المكروتوقع الفرص. وذلك لان الترفع عن المشاتمة من شرف النفس وعلو الهمة, والاستحياء من صيانة النفس وكمال المروءة, ورعاية النعمة من الوفاء والمكر وتوقع الفرص من الدهاء, لان من ظهر غضبه قل كيده. قال النبى صلى الله عليه وسلم فى ثناء اهل الحلم : ان الله يحب الحى الحليم ويبغض الفاحش البذئ.
السخاء
وهو بذل المال من غير مسألة واستحقاق, وهو فضيلة مستحسنة وخصلة محمودة, لما فيه من ارتباط القلوب واجتماعها, فيعظم الانتفاع ويعم الارتفاق, فقد كان صلى الله عليه وسلم يعطى عطاء من لايخشى الفقر. وفى الحديث قال جبريل قال الله تعالى : هذا دين ارتضيته لنفسى لايصلحه الا السخاء وحسن الخلق فاكرموه بهما مااستطعتم.
التواضع
هو خفض الجناح والانة  الجانب من غير خسة ولامذلة والمقصود منه اعطاء كل ذى حق حقه, فلا يرفع وضيعا عن درجته ولاينزل شريفا عن مقامه, وهو من اسباب الرفعة ودواعى الشرف. قال النبى صلى الله عليه وسلم من تواضع لله رفعه.
عزة النفس
هى صفة بها يجعل الانسان نفسه فى منازل الرفعة والاحترام. وسببها : معرفة الانسان قدر نفسه. وثمرتها التحمل, والصبر على مكاره الدهر, وترك اظهار الاحتياج وتعظيم الناس له واحسان الله اليه. قال الله تعالى : ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين. وقال النبى صلى الله عليه وسلم : رحم الله امرأ عرف قدر نفسه.
الحقد
هو اضمار السوء والحرص على الايذاء, وسببه : الغضب ويتبعه ثمان خصال محرمة وهى : حسد المحقود عليه والشماتة بمصيبته, وهجره وان تودده, والاعراض عنه استصغارا له, والتكلم فيه بالفحش كاغتيابه وافشاء سره ومحاكاته استهزاء به, وايذاءه بما يؤلم بدنه, ومنعه حقه كان لايقضيه دينه. ومما يدل على ذم الحقد قول النبى صلى الله عليه وسلم : المؤمن ليس بحقود.
الحسد
هو تمنى زوال النعمة عن الغير. واما تمنى مثل ما للغيرفيسمى غبطة وليست بمذمومة بل هى مطلوبة لانها سبب لاكتساب الخصال الحميدة. ولذا قال صلى الله عليه وسلم : المؤمن يغبط والمنافق يحسد. واسباب الحسد ثلاثة : الاول بغض المحسود لفضيلة ظهرت منه او نعمة ساقها الله اليه. الثانى توفق المحسود فى الفضل بحيث يعجز الحاسد عن الوصول اليه. الثالث شح الحاسد بالفضائل فيحسد كل من ناله خير. والذى يذهب الحسد من القلوب التمسك بالدين, وملاحظة ما فى الحسد من الضرر والرضا بالقضاء والقدر. ومما ورد فى ذم الحسد قول النبى صلى الله عليه وسلم : الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب.
الغيبة
هى ذكر اخيك بما يكره ولو فى وجهه كقولك : فلان اعرج, او فاسق, او فقير, اوقصيرالثياب تريد بذلك تنقيصه, واسبابها ثمانية : الحسد, وشفاء الغيظ, وارادة الترفع, والمبادرة الى تعطيل المؤذى عن الوصول الى مراده والقصد الى تبرئة النفس, ومجاملة الرفقاء, والهزل والاستهزاء. وليس من الاستهزاء لوم المقصر على تقصيره وارشاده الى مافيه مصلحته لان الله عز وجل لم ينه عن النصيحة ولكنه نهى عن الغيبة وبالغ فى الانكار عليها فقال : ولا يغتب بعضكم بعضا ايحب احدكم ان يأكل لحم اخيه ميتا فكرهتموه.
النميمة
هى نقل اقوال الناس او اعمالهم, او احوالهم الى الغير على وجه الافساد. والباعث عليها اما ارادة السوء بالمنقول عنه, او اظهار الحب للمنقول اليه, او التفريج فى الحديث, او الخوض فى الفضول. والذى يكف الانسان عن النميمة علمه بانها تدعوا الى التقاطع. وايقادنارالعداوة, واستحقاق العقابز قال النبى صلى لله عليه وسلم : ان احبكم الى الله الذين يألفون ويؤلفون. وان ابغضكم الى الله المشاءون بالنميمة المفرقون بين الاخوان. وقال صلى الله عليه وسلم : لايدخلون الجنة نمام.
الكبر
هو استعظام النفس ورؤية قدرها فوق قدر الغير. ومفاسده كثيرة : منها : انه يؤذى الغير, ويقطع الجبال المودة, ويفرق القلوب, ويحمل الناس على بغض صاحبه واتفاقهم على اذاه. ومنها ان صاحبه لاينقاد الى الحق ولايكظم الغيظ ولايتلطف فى النصح. وكفى الكبر مذمة قول النبى صلى الله عليه وسلم : لايدخل الجنة من كان فى قلبه مثقال ذرة من الكبر. ومن عرف انه مخلوق من نطفة وانه صائر الى جيفة هان عليه ان يترك الكبر الذى سببه العجب.
الغرور
هو سكون النفس الى ما يوافق الهوى ويميل اليه الطبع بسبب سبهة شيطانية, وهو نوعان : الاول غرور اهل الكفر الذين اشتروا الحياة الدنيا بالاخرة, فمنهم من سكن الى الدنيا وزخرفها وانكر البعث ومنهم من اغتر سيادته فى الدنيا فظن انه على فرض المعاد والرحمة يكون اولى بهما. الثانى غرور العضاة من المؤمنين فمنهم من لم يعمل اغترارا بسعة عفو الله تعالى, او عتمادا على طاعة الاباء, او على كثرة العلم, ولم يدر الاول ان الرغبة فى الشيئ من غير اخذ فى اسبابه طمع مذموم, ولم يذكرالثانى قوله تعالى : واخسو يوما لايجزى والد عن ولده ولا مولود هو جاز عن والده شيئا. ولم يتنبه الثالث الى ان العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر, ومنهم من اغتر بكثرة عبادته فظن انه احق بالعفو من غيره, ولم يدر ان هذا مذهب لاخلاصه. مفوت لثواب اعماله. ومنهم من غرته كثرة المال, فظن انه بذلك يفوق غيره فمال الى زخرف الدنيا ونسى فضل الله عليه ومن معايب الغرور انه يولد الكبر الذى شبق انه يمنع صاحبه دخول الجنة.
الظلم
هو الخروج عن حد الاعتدال بالتقصير او تجاوز الحد فيشمل جميع المعاصى, ويعم انواع الرذائل, وصاحبه اما ظالم لنفسه او ظالم لغيره, فظلم النفس عبارة عن التقصير فى طاعة الله تعالى او ترك الايمان. وظلم الغير عبارة عن التفريط فى حقه كايذاء الجار, واهانة الضيف, وافتراء الكذب, والغيبة, والنميمة. قال النبى صلى الله عليه وسلم : الظلم ظلمات يوم القيامة. وفى الحديث القدسى : ياعبادى انى حرمت الظلم على نفسى وجعلته بينكم محرما فلا تظالموا.
العدل
هو التوسط فى الامور والسير فيها على وفق الشريعة, وهو نوعان : الاول عدل الانسان فى نفسه وهو ان يسلك الانسان سبيل الاستقامة, الثانى عدله مع غيره. وهو ثلاثة اقسام : عدل السلطان فى رعيته باتباع الميسورواعطاء كل ذى حق حقه. عدل الرعية مع السلطان والتلميذ مع استاذه والولد مع والديه باخلاص الطاعة, عدل الانسان مع امثاله بترك التكبر عليهم, وكف الاذى عنهم. قال الله تعالى : ان الله يأمر بالعدل والاحسان. اما العدل فقد عرفته واما الاحسان فهو كما فى الحديث : ان تعبد الله كانك تراهز وهذا كمال الايمان ونهاية الاذعان.